Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Jumat dari Sudut Tiang Utama Penyangga Sebuah Masjid

6 Agustus 2021   14:17 Diperbarui: 6 Agustus 2021   14:37 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jum'at berkah. Jum'at punya cerita. Ketika berangkat Jum'atan dari rumah menuju  ke sebuah sudut kampung tetangga, yang mempraktikkan kebiasaan adzan dua kali. Saya selalu datang ketika masih on proses adzan pertama. Sambil menunggu muadzin merampungkan lantunan suara adzan, saya mengambil tempat yang sudah diberi tanda oleh takmir Masjid dalam rangka menjaga jarak (shof) barisan para jama'ah sesuai anjuran dari pemerintah.

Di tengah -- tengah lantunan suara adzan, diam -- diam saya mengamati beberapa tiang utama masjid yang sudah ditempati -- maaf -- oleh para lansia seakan dengan nikmatnya sedang bersandar sembari mengantukkan diri.  Jama'ah lansia tersebut seperti terhipnotis oleh merdunya lantunan suara adzan ataukah memang benar -- benar kantuk karena kecapaian dikarenakan sedari tadi belum sempat istirahat apalagi makan siang.  Akan tetapi dikarenakan ibadah  sholat Jum'at hukumnya fardhu 'ain maka kewajiban itu harus disegerakan, soal perut masih kosong itu nomor sekian lah.

Tidak hanya kejadian itu, ternyata setelah dengan seksama saya mengamati dari sudut pandang yang terbatas dari shof yang saya duduki, saya melihat tempat favorit beberapa anak muda juga, dalam posisi mengantuk dan bersandar di setiap tiang utama penyangga bangunan masjid.

Dalam batin saya, mengapa tempat dekat tiang utama menjadi salah satu tempat favorit para jama'ah untuk menanjakan sandaran boyok (baca bahu) para jama'ah. Untuk para lansia, mungkin saya sedikit maklum karena tentu saja adanya faktor usia. Tetapi bagaimana halnya dengan anak muda yang ingin bersandar ditiang utama penyangga bangunan Masjid, ataukah hanya sebatas menanjakan  rasa kantuknya sambil bersandar di tiang utama Masjid.

Bagi saya tempat dekat tiang utama penyangga bangunan sebuah Masijd, apalagi di saat -- saat khatib sedang membacakan khutbah Jum'at yang merupakan salah satu rukun shalat Jum'at , otomatis tempat dekat tiang utama selalu saya hindari. Sejak saya tahu hukum bersandar di tiang sambil kantuk adalah makruh, bahkan ada sebagian ulama yang tidak memperbolehkan (mengharamkan),  maka saya bertekad ketika mendirikan sholat Jum'at, akan istiqomha menghindari tempat dekat tiang utama sebuah Masjid.

Saya masih berhusnudzon kepada orang -- orang yng selalu memfavoritkan tempat dekat tiang utama sembari sandaran dalam keadaan kantuk berat, barangkali mereka belum tahu hukumnya. Menurut guru ngaji saya ketika saya, yang seorang kyai kampung di tempat saya dulu dilahirkan hukumnya adalah haram, karena dengan tidur bersandar di tiang hukumnya sama dengan posisi tidur terbaring, telungkup yaitu membatalkan wudhu.

Berbeda dengan ketiduran dalam posisi duduk dan posisi pantat tetap tidak berubah -- ubah di lantai, maka menurut Imam Syafii wudhunya tidak batal. Satu lagi tertidur dengan posisi mengangkat kedua kaki dan mempertemukan kedua dengkul dengan kaitan kedua tangan, ini juga sama dapat membatalkan wudhu. Karena posis pantat tidak tetap di lantai tetapi berubah -- ubah.

Jadi kesimpulannya Kenapa kantuk dengan bersandar di tiang ketika sedang mendengarkan khatib sedang berkhutbah dilarang karena dapat membatalkan wudhu, sehingga ketika tiba -- tiba bangun ketika mendengar iqomah dan kemudian jama'ah tersebut langsung ikut jama'ah sholat Jum'at berjama'ah maka sholat Jum'atnya  jadi tidak sah.

Tetapi memang nikmat sekali, dalam keadaan badan capek setelah bekerja dari pagi kemudian istirahat sholat Jum'at, maka mencari tempat favorit di sudut -- sudut tempat dekat tiang, di tambah perut dalam keadaan kosong sehingga ketika khatib membacakan khutbah seperti di nina bobokan, kontan saja sambil bersandar ria kantuk pun tak tertahankan. Apalagi bagi Ponidi, yang mata pencaharian sehari -- harinya sebagai petani. Begitu tiba waktu sholat Jum'at selalu mencari tempat favoritnya di dekat tiang dan langsung blek sek tidur dulu ah.

 Jangankan mendengarkan semua isi khutbah Jum'ah yang dibacakan oleh khatib. Bahkan pernah terjadi, di suatu Jum'at Ponidi tidak mendengarkan muadzin melantunkan suara iqomah, beruntung jama'ah disampingnya membangunkannya, saya lihat Ponidi tertawa kecil tersipu malu Bisa jadi Ponidi belum tahu hukum bersandar di tiang utama Masjid ketika sholat Jum'at.

(Dari Sebuah Masjid Tetangga Kampung, 6/8/2021 -- JUNAEDI, S.E)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun