Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jelekong, Kampung Lukisan Yang Menawan (Bagian 2)

27 Desember 2014   20:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_386439" align="aligncenter" width="600" caption="Baliho Selamat Datang ke kampung Jelekong (sumber foto: J. Haryadi)"][/caption]

Oleh: J. Haryadi

Melukis sebagai warisan turun temurun

Bagi warga Jelekong, melukis merupakan warisan leluhur. Tidak aneh kalau hampir semua warga disini pandai melukis. Betapa tidak, sejak kecil mereka sudah terbiasa belajar  menggoreskan cat di atas kanvas. Melukis sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Jelekong, seperti halnya kebiasaan masyarakat di Ubud, Bali.

Menurut penuturan Agus Ruhimat, salah seorang pemilik gallery yang cukup besar di Jelekong, sejarah melukis di kampungnya dirintis oleh Bapak Odin Rohidin sekitar tahun 1972. Saat itu Odin sukses dari hasil kreasinya menjual lukisan karyanya sendiri. Beliau dikenal sebagai bapak para pelukis Jelekong.

Kemampuan melukis Odin lalu diturunkan kepada 5 orang muridnya. Selanjutnya terus menyebar dikalangan keluarga, kerabat dekat dan tetangganya, sehingga akhirnya meluas sampai sekarang.  Sejak saat itu sampai sekarang, kegiatan melukis sudah menjadi tradisi dan menjadi salah satu mata pencaharian utama penduduk Jelekong.

Pemilik sanggar lukis “Al-Farizy” ini termasuk pengusaha sukses yang berbisnis jual-beli lukisan. Dia merintis usahanya pada 1996. Dulu ketika awal merintis usaha, Agus mengontrak sebuah rumah kecil sebagai tempat usahanya. Berkat kegigihannya usaha, pria beristri dan beranak 3 ini sekarang sudah memiliki rumah sendiri yang cukup besar, sekaligus dijadikan sebagai tempat usahanya.

[caption id="attachment_386435" align="aligncenter" width="600" caption="Bagian depan gallery dan sanggar "]

14196615641791159709
14196615641791159709
[/caption]

[caption id="attachment_386436" align="aligncenter" width="600" caption="Bagian dalam gallery dan sanggar "]

14196617291592824838
14196617291592824838
[/caption]

Dulu, pelukis disini  hanya melukis objek pemandangan. Tetapi kini lukisannya lebih variatif, seperti objek binatang, bunga, wajah, abstrak dan lain-lain. Hampir semua jenis lukisan yang dibutuhkan pasar mampu dibuat oleh orang Jelekong,” ujar Agus menjelaskan.

Berbisnis lukisan memang perlu kesabaran. Seperti halnya Agus, dia memulainya dari bawah. Awalnya dia belajar melukis. Kemudian coba-coba menjual hasil karyanya sendiri. Selanjutnya dia mulai menerima titipan dari para pelukis lainnya. Berkat kemampuannya berbisnis, lambat laun usahanya semakin membesar. Bahkan kini Agus sudah memperkerjakan 10 orang karyawan tetap.

Saya menjalin kemitraan dengan beberapa pelukis. Mereka mengerjakan orderan saya. Setiap lukisan yang selesai, langsung saya bayar. Bahkan kadang-kadang saya memberikan uang muka dulu ke mereka. Ada juga pelukis yang tidak mempunyai modal. Biasanya saya saya bantu dengan menyiapkan bahan baku dan peralatan melukis seperti cat, kuas dan kanvas,” papar Agus.

Sejak 2000, bisnis lukisan di Jelekong mulai menggeliat. Lukisan yang ada di gallery Agus tidak hanya dijual ditempat, tetapi juga dikirim ke luar daerah. Bahkan ada orderan lukisan dari Malaysia. Biasanya mereka pesan minimal 1000 buah lukisan. Objek lukisan kesukaan orang Malaysia adalah pemandangan, bunga dan abstrak. Kalau sedang ada orderan, biasanya Agus juga menggandeng gallery lain untuk membantu memenuhi orderannya.

Hitung-hitung bagi-bagi rezeki”, tutur pria berperawakan sedang ini.

[caption id="attachment_386437" align="aligncenter" width="600" caption="Agus Ruhimat, pemilik gallery dan sanggar "]

14196620051465380066
14196620051465380066
[/caption]

Selanjutnya Agus menjelaskan, “Biasanya lukisan yang paling banyak di pesan Malaysia adalah ukuran sedang yaitu 60 X 90 Cm. Kemudian lukisan ukuran agak besar, 140 X 80 Cm dan 135 X 85 Cm. Selebihnya lukisan ukuran besar, yaitu 2 m X 1 m.”

Disamping menjual lukisan yang sudah ada, Agus juga menerima pesanan membuat lukisan potret (wajah). Khusus lukisan potret, patokannya adalah berapa banyak wajah yang dilukis. Setiap wajah dikenakan biaya sebesar Rp.350.000 dengan ukuran antara 60 X 80 Cm atau 50 X 60 Cm.

Masa panen biasanya saat menjelang lebaran. Pada saat itu banyak perantau yang pulang kampung. Mereka umumnya memesan lukisan untuk dibawa kembali ke daerah perantauannya. Khusus perantau dari Malaysia, mereka sering memborong 1000 lukisan. Dua atau tiga bulan kemudian biasanya mereka pesan lagi sekitar 200-300 buah. Oleh sebab itu, Agus selalu mempersiapkan sejak awal untuk mengantisipasi lonjakan pembeli.

[caption id="attachment_386438" align="aligncenter" width="600" caption="Penulis (J. Haryadi) berpose bersama Agus Ruhimat (Owner sanggar "]

1419662161360940766
1419662161360940766
[/caption]

(Bersambung ke bagian 3)

***

J. Haryadi

Wartawan Blogger

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun