Mohon tunggu...
Julkhaidar Romadhon
Julkhaidar Romadhon Mohon Tunggu... Administrasi - Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Pengamat Pertanian Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya. Http//:fokuspangan.wordpress.com Melihat sisi lain kebijakan pangan pemerintah secara objektif. Mengkritisi sekaligus menawarkan solusi demi kejayaan negeri.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dolar dan Bisnis Tempe

22 Mei 2018   14:58 Diperbarui: 22 Mei 2018   17:15 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bingungkah dengan judul diatas? Kok bisa ya? Begitu dahsyatnya dollar hingga membuat makanan tradisional negeri ini menjadi langka. Ah tidak juga kali.. masih ada kok namun ukurannya saja yang mengecil..hahahaha..

Lalu bagaimana caranya ya, naik turunnya dollar bisa mempengaruhi ukuran tahu dan tempe. Ini jawabannya..

Tergerusnya rupiah terhadap dollar AS sangat terasa dampaknya terhadap pengusaha yang bahan bakunya tergantung dari luar alias impor. Dollar US yang semakin perkasa akhir ini terus naik, bahkan sudah menembus Rp 14.000 per 1 dollar hingga membuat pengusaha pada pusing. Mereka mesti berpikir keras dalam mensiasatinya agar mampu bertahan ditengah melemahnya perekonomian dunia.

Tidak terkecuali juga dengan pengrajin tahu dan tempe. Mereka sangat terasa imbas dari pelemahan nilai mata uang rupiah. Bahan baku kedelai yang rata-rata mereka impor dari luar negeri sudah pasti ikutan naik seiring naiknya dollar terhadap rupiah.

Itulah mengapa berbagai cara mereka lakukan hingga mengecilkan ukuran tempe dan tahu. Bahkan yang paling ekstreem adalah merumahkan sebagian pekerja dan bahkan usaha mereka sendiri yang harus gulung tikar. Memang itu adalah resiko atau konsekuensi yang harus mereka tanggung akibat dari penggunaan bahan baku kedelai impor.

Seandainya para pengrajin tempe ataupun pengusaha lainnya menggunakan bahan baku dalam negeri tentu mereka biasa-biasa saja atau tidak akan terasa langsung dampak dari pelemahan nilai tukar.

(merdeka.com)
(merdeka.com)
Lalu bagaimana dengan produksi kedelai dalam negeri ?

Berdasarkan data yang diambil dari (www.kompas.com), Provinsi yang menjadi pemasok kedelai pada tahun 2014 di tanah air adalah: (1) Jawa Timur 355.464 ton, (2) Jawa Tengah 125.467 ton, (3) Jawa Barat 115.267 ton, (4) Nusa Tenggara Barat 97.172 ton, (5) Aceh 63.352 ton, (6) Sulawesi Selatan 54.605, (7) DI Yogyakarta 19.579 ton, dan (8) Sulawesi Tengah 15.976 ton.

Untuk kebutuhan kedelai nasional tahun 2012 sebanyak 2,4 juta ton. Angka tersebut tercukupi dengan 70 persen impor (1,25 juta) dan sisanya produksi dalam negeri sebanyak 779.800 ton kedelai.

Impor terbesar kedelai indonesia masih berasal dari Amerika Serikat sebanyak 1,8 juta ton, lalu dikuti Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.824 ton, dan Brazil 13.550 ton. Sementara itu, kebutuhan kedelai 2012 sebanyak 2,4 juta ton bakal didistribusi ke perajin tahu tempe sebanyak 83,7 persen (1,8 juta ton), Kecap dan Tauco 14,7 persen ( 325.220 ton), perbenihan 1,2 persen (25.843 ton), dan pakan 0,4 persen (8.319 ton)

Berdasarkan data diatas, Coba bayangkan, tujuh puluh persen kedelai kita impor? jadi wajar kiranya naik turunnya dollar akan sangat mempengaruhi harga tahu tempe dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun