Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

MBG Papua: Membangun Kekuatan dari Daun Singkong dan Buah-Buahan Lokal

5 Oktober 2025   13:43 Diperbarui: 5 Oktober 2025   13:43 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Umbi-umbian lokal menawarkan karbohidrat kompleks yang lebih baik daripada nasi putih, memberikan energi yang stabil bagi anak-anak untuk belajar. Pemanfaatan bahan-bahan ini sebagai basis menu MBG akan secara inheren meningkatkan kualitas gizi sambil menekan biaya operasional.

Implementasi pangan lokal dalam MBG juga memungkinkan diversifikasi menu. Anak-anak akan terbiasa dengan berbagai jenis makanan, yang penting untuk perkembangan pola makan sehat. 

Sekolah dapat bekerja sama dengan ahli gizi setempat untuk merancang menu mingguan yang tidak hanya bergizi tetapi juga bervariasi, memanfaatkan hasil panen musiman. Ini adalah langkah maju dari menu yang seragam dan berisiko tinggi karena diproduksi secara massal dan tersentralisasi.

Inspirasi dari Timur: Kekuatan Sederhana di Papua

Di tengah hiruk pikuk perdebatan nasional mengenai masalah keracunan MBG, sebuah cerita MBG yang sederhana namun sangat inspiratif datang dari ujung timur Indonesia, tepatnya di Papua Selatan. 

Kisah ini menjadi mercusuar yang menunjukkan bagaimana program MBG dapat dijalankan dengan sukses, aman, dan sarat kearifan lokal. Saya melihat sebuah unggahan di media sosial yang menunjukkan seorang siswa sekolah menengah atas sedang menikmati makan siangnya di sekolah. Ekspresi bangga terpancar jelas di wajahnya.

Dalam video singkat itu, siswa tersebut dengan bangga memperlihatkan menu makan siangnya. Ia menyebutkan kurang lebih, "Inilah makan MBG kami dengan sayur daun pepaya, ditambah daun buah pepaya, dan rebus buah pepaya." 

Sambil berbicara, tangannya sibuk mengupas pisang rebus yang besar, lalu menyantapnya dengan lahap. Momen ini bukan sekadar pamer makanan, melainkan representasi kebanggaan terhadap apa yang disediakan oleh tanah mereka sendiri. Menunya terlihat sederhana, bersahaja, namun jelas-jelas segar, aman, dan bergizi tinggi.

Menu tersebut adalah perwujudan sempurna dari pemanfaatan daun singkong dan buah-buahan lokal. Daun pepaya dan buahnya yang direbus adalah sumber vitamin dan serat. Pisang rebus memberikan karbohidrat dan kalium yang baik. Tidak ada lauk yang rumit atau diolah secara industri, yang justru menjadi sumber risiko. 

Ini adalah makanan yang diolah dengan cara paling dasar dan aman, langsung dari kebun ke piring. Melihat unggahan ini, saya merasa terdorong untuk memberikan komentar positif di laman media sosial tersebut.

Kisah dari Papua ini memberikan pelajaran berharga: solusi terhadap masalah MBG tidak perlu dicari jauh-jauh dalam bentuk makanan olahan impor. Kekuatan yang sesungguhnya ada di sekeliling kita, di halaman sekolah, dan di kebun petani lokal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun