Program Makan Bergizi Gratis atau yang sering disebut MBG kini sedang jadi sorotan publik. Program pemerintah yang baik ini tiba-tiba menjadi berita yang kurang sedap. Ini terjadi karena adanya banyak laporan kasus keracunan makanan di berbagai daerah. Kabar ini membuat semua pihak merasa khawatir.
Banyak anak sekolah yang mengalami sakit perut setelah memakan menu dari dapur MBG. Kejadian ini membuat Badan Gizi Nasional (BGN) dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) jadi perhatian utama. Banyak pihak menduga kuat ada kesalahan dalam memilih bahan atau prosedur memasak dan distribusinya.
Berita tentang keracunan massal ini menjadi cerita MBG yang ramai dibicarakan di mana-mana. Orang tua jadi cemas, dan para pengelola program pun harus bekerja keras untuk mencari solusi. Mutu makanan yang diberikan kepada anak-anak sekolah harus terjamin aman dan bergizi, tidak boleh ada risiko kesehatan sedikit pun.
Namun, di tengah keriuhan berita kurang baik itu, ada kabar baik datang dari daerah Nagreg, Kabupaten Bandung. Kecamatan ini dikabarkan tidak mengalami masalah keracunan MBG. Semua berjalan lancar dan aman. Ini tentu menjadi angin segar dan menimbulkan pertanyaan: apa rahasia mereka?
Usut punya usut, ternyata pengelolaan dapur MBG di Nagreg sangat teliti, terutama dalam memilih bahan baku sayuran. Mereka tidak sembarangan mengambil pasokan. Kualitas dan kesegaran sayuran menjadi syarat utama yang tidak bisa ditawar.
Saya berkesempatan melihat langsung praktik baik ini. Tepatnya di Kampung Cibosoro, Desa Mandalawangi, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Di sana, saudara saya menjadi salah satu pemasok utama sayuran hijau untuk SPPG Dapur MBG di daerah Nagreg.
Saudara saya sudah satu bulan ini rutin memasok sayur. Kebun kecil di belakang rumahnya yang ditanami bayam dan bawang daun kini menjadi bagian penting dari rantai pasokan MBG lokal. Kisah ini membuktikan bahwa solusi terbaik seringkali datang dari sumber yang paling sederhana.
Inilah kontras positif. Ketika daerah lain bergelut dengan masalah keamanan pangan, Nagreg menunjukkan bahwa kemitraan dengan petani lokal yang peduli mutu bisa menjadi kunci untuk menjaga program MBG tetap berjalan aman dan sukses.
Panen dan Proses Organik Lahan Gizi Keluarga
Ahad pagi ini, saya membantu saudara memanen bayam di kebun belakang rumahnya. Kebun ini memang bukan kebun besar, hanya sepetak lahan yang ditata dengan rapi. Namun, lahan ini telah menjadi sumber gizi yang terpercaya. Kami menyebutnya "Lahan Gizi Keluarga".
Pagi-pagi kami sudah di kebun. Udara Nagreg yang sejuk sangat cocok untuk kegiatan panen. Kami mulai mencabut bayam satu per satu. Batangnya kokoh, daunnya hijau segar, dan terlihat bersih. Tidak ada bercak atau lubang bekas hama.