Mengingat Kampung yang Dulu Terbuang
Cerita kampung halaman memang tidak ada habisnya. Kisah tentang tempat asal selalu punya tempat istimewa di hati, dan kali ini, saya ingin bercerita tentang sebuah kampung yang dulu rasanya seperti terlupakan.Â
Namanya Kampung Loji, letaknya di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Kampung ini berada persis di samping pasar ikonik Cicalengka. Banyak orang menyebutnya kampung pasar karena warga di sana memang banyak yang berdagang. Hubungan antara kampung dan pasar ini sangat erat, hampir tidak ada batasnya.
Saya masih ingat betul kondisi Kampung Loji sekitar 29 tahun lalu, saat saya masih sekolah. Ada sebuah sungai kecil yang membatasi kampung dengan pasar. Kondisinya sangat memprihatinkan. Sungai atau solokan itu kumuh, penuh sampah, dan baunya tidak sedap.Â
Banyak orang buang air besar di sana karena tidak ada toilet umum. Kampung Loji kala itu terasa gersang, seolah-olah tidak ada yang peduli. Kehidupan warganya pun terlihat seadanya. Di sudut-sudutnya, yang bisa saya lihat hanyalah tumpukan sampah dan pemandangan yang tak terawat.
Tepat hari Ahad, 17 Agustus 2025, saat peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80, saya dan keluarga menyusuri jalanan kampung ini. Tujuan kami sebenarnya alun-alun Cicalengka untuk melihat karnaval Agustusan.Â
Ini adalah kali pertama saya kembali ke Kampung Loji setelah hampir tiga dekade. Rasanya campur aduk antara rasa penasaran dan keraguan. Apakah kampung ini masih sama seperti dulu? Apakah ingatan saya tentang tempat kumuh itu masih berlaku? Saat melangkah masuk, saya langsung tahu bahwa ingatan itu sudah tidak relevan lagi.
Sebuah Perubahan yang Mengagumkan
Pemandangan yang saya lihat di depan mata sungguh luar biasa. Kampung Loji, yang dulu terkesan "dibuang," kini telah bersemi. Sepanjang sungai kecil yang dulu kotor, kini tertutup rapi.Â
Di atas penutup solokan itu, setiap beberapa meter, ada deretan pot yang ditanami berbagai jenis tumbuhan. Ada tanaman hias yang berwarna-warni, tanaman obat yang rimbun, bahkan beberapa tanaman produktif seperti buah-buahan. Semua tertata dengan sangat rapi dan bersih.
Selain itu, kebersihan di seluruh kampung juga sangat diperhatikan. Tempat sampah tersedia di setiap sudut, tidak ada lagi sampah yang berserakan. Jalan-jalan terasa lebih bersih. Perubahan ini tidak hanya terbatas pada lingkungan fisik saja.Â
Saya juga melihat sebuah masjid yang sangat indah, luas, dan terawat dengan baik. Masjid itu dilengkapi toilet umum yang bersih dan terpisah antara laki-laki dan perempuan, sebuah hal yang dulu tidak pernah terpikirkan.
Tak hanya itu, semangat wirausaha warga Kampung Loji juga terlihat jelas. Warung-warung dan kios kecil berjejer rapi. Banyak warga yang membuka usaha, mayoritas berdagang. Ada juga warga yang sudah lama berjualan peralatan layang-layang.Â
Dulu, penjual layangan hanya satu, kini banyak yang mengikuti jejaknya. Di hari kemerdekaan ini, semangat warga semakin terasa. Jalanan kampung dipenuhi atribut merah putih dan hiasan-hiasan unik. Suasananya begitu meriah, penuh tawa, dan rasa kebersamaan.
Mekarnya Semangat Warga
Perubahan di Kampung Loji ini bukan terjadi begitu saja. Ada semangat yang kuat dari warganya untuk mengubah nasib. Mereka tidak lagi membuang sampah sembarangan. Mereka bergotong royong membersihkan solokan dan menatanya kembali.Â
Kemudian, mereka juga menanam pohon dan bunga, membuat lingkungan menjadi lebih hidup. Mereka sadar bahwa kebersihan dan keindahan adalah tanggung jawab bersama.
Kampung Loji yang dulu dianggap "dibuang" oleh sebagian orang, kini justru merayakan keberadaannya. Transformasi ini adalah bukti bahwa dengan kerja keras dan kesadaran, sebuah tempat bisa berubah drastis.Â
Kondisi kampung yang sekarang tidak hanya membuat warganya bangga, tetapi juga menarik perhatian orang luar. Perubahan ini bukan hanya tentang lingkungan yang bersih, tetapi juga tentang bangkitnya semangat dan rasa cinta terhadap kampung halaman.
Sore itu, saat kami berjalan kembali menuju mobil, saya menoleh ke belakang dan memandang Kampung Loji. Di tengah riuh rendah perayaan kemerdekaan, saya merasakan sesuatu yang mendalam.Â
Kampung ini telah "merdeka" dari keterpurukan. Mereka telah berhasil menemukan kembali keindahan dan semangatnya.
Kesimpulan
Perjalanan kembali ke Kampung Loji setelah 29 tahun adalah sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Kampung yang dulu kumuh dan terkesan terbuang, kini telah berubah menjadi tempat yang bersih, rapi, dan penuh semangat.Â
Perubahan ini bukan hanya soal keindahan fisik, tetapi juga tentang kebangkitan jiwa warganya. Mereka telah membuktikan bahwa dengan tekad dan kerja keras, sebuah tempat bisa bersemi kembali dan dicintai oleh sekitarnya.Â
Kampung Loji yang sekarang menjadi inspirasi, sebuah bukti nyata bahwa keindahan sejati lahir dari kesadaran, kerja keras, dan cinta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI