Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Pesta Rakyat, Arak-arakan, dan Perayaan Kekayaan Desa di Hari Merdeka

17 Agustus 2025   22:38 Diperbarui: 19 Agustus 2025   08:00 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arak-arakan atau karnaval di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Cicalengka, Kab. Bandung, Ahad (17/8/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Bagi sebagian besar orang, perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia mungkin identik dengan upacara bendera, lomba-lomba seru, atau diskon besar-besaran di pusat perbelanjaan. 

Namun, bagi saya dan keluarga, perayaan 17 Agustus memiliki makna yang jauh lebih dalam, terutama saat kami pulang ke kampung halaman. Di sini, semangat kemerdekaan terasa begitu kental, dirayakan dengan cara yang sederhana namun penuh makna. 

Hari ini, Ahad, 17 Agustus 2025, adalah momen yang kami tunggu-tunggu, di mana seluruh warga di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berkumpul untuk menyaksikan karnaval Hari Kemerdekaan yang rutin diadakan setiap tahunnya.

Saya, istri, dan ketiga anak saya telah siap sejak pagi. Kami sengaja memilih tempat di pinggir jalan utama yang dilewati oleh rombongan karnaval agar bisa melihat dengan jelas. Suasana begitu ramai. 

Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang jalan, menantikan arak-arakan yang akan segera dimulai. Anak-anak saya terlihat sangat antusias. 

Mereka berulang kali bertanya, "Pak, rombongannya sudah sampai mana?" "Pak, nanti ada apa saja?" Pertanyaan-pertanyaan polos itu membuat hati saya hangat. Mereka bukan hanya melihat, tetapi juga merasakan kebahagiaan dan kebanggaan yang sama dengan saya.

Karnaval ini bukan sekadar arak-arakan biasa. Lebih dari itu, ini adalah perayaan kekayaan desa. Setiap desa yang berpartisipasi seolah-olah berlomba-lomba menampilkan apa yang menjadi keunggulan mereka, baik dari segi ekonomi maupun budaya. 

Ini adalah panggung bagi para petani, peternak, dan pengrajin untuk menunjukkan hasil kerja keras mereka selama setahun penuh. Saya melihat kegembiraan di wajah para peserta karnaval, kebanggaan yang terpancar saat mereka membawa lambang-lambang kekayaan desa masing-masing.

Saat rombongan karnaval mulai terlihat dari kejauhan, sorakan warga semakin keras. Barisan paling depan diisi oleh pasukan pengibar bendera yang gagah, diikuti oleh rombongan dari berbagai desa. Saya tahu, ini baru permulaan dari pesta rakyat yang luar biasa. 

Semakin dekat barisan, semakin jelas detail-detail yang mereka bawa. Ini adalah momen yang membuat saya selalu terharu. Di tengah hiruk pikuk modernisasi, tradisi seperti ini masih hidup dan terus dilestarikan.

Setiap desa memiliki cara unik untuk merayakan kemerdekaan dan menampilkan identitasnya. Desa Dampit, misalnya, yang terletak di utara alun-alun Cicalengka. Rombongan mereka selalu menarik perhatian karena mengusung tema pertanian. 

Hari ini, mereka kembali menampilkan hasil panen terbaik mereka. Terdapat replika gunung yang terbuat dari sayuran segar seperti kol, cabai, tomat, dan bawang daun. 

Ada juga iring-iringan gerobak yang dihias dengan hasil bumi, menunjukkan betapa suburnya tanah di sana. Ini bukan sekadar pajangan, tetapi simbol kemakmuran dan kerja keras para petani.

Rombongan dari Desa Dampit juga menampilkan tarian-tarian tradisional yang menggambarkan proses bercocok tanam, dari mengolah tanah hingga memanen. Para penari, yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu petani, mengenakan pakaian sederhana yang mencerminkan kehidupan sehari-hari mereka. 

Anak-anak saya bertepuk tangan riuh saat melihat replika traktor mini yang ditarik oleh beberapa orang. Mereka tidak tahu bahwa di balik replika itu ada cerita tentang kerja keras dan harapan akan panen yang melimpah.

Tidak jauh berbeda, Desa Narawita dan Desa Margaasih yang terletak di selatan alun-alun Cicalengka, memiliki kekayaan yang berbeda, yaitu di sektor peternakan. Rombongan mereka juga tak kalah meriah. Mereka mengusung tema peternakan yang menjadi andalan desa mereka. 

Saat iring-iringan mereka melintas, aroma sate kambing dan gulai yang lezat seolah-olah tercium di udara. Mereka membawa jampanan, semacam usungan tradisional, di atasnya terdapat seekor domba yang sudah dikuliti dan diolah menjadi bakakak, hidangan khas Sunda.

Yang paling membuat saya takjub adalah rombongan dari Desa Margaasih. Mereka menampilkan tidak hanya satu, tetapi 16 ekor bakakak domba yang diletakkan di atas jampanan. 

Jumlah yang fantastis ini menunjukkan betapa makmurnya sektor peternakan di desa mereka. Mereka juga membawa aneka olahan daging domba lainnya, seperti sate dan gulai, yang ditata apik di atas gerobak hias. 

Rombongan Desa Narawita juga menampilkan hal serupa, dengan menonjolkan hasil ternak unggulan mereka. Bagi saya, ini adalah cara paling tulus untuk merayakan kemerdekaan, yaitu dengan bersyukur atas apa yang telah diberikan alam dan tanah air.

Lalu ada desa-desa lain yang juga membawa tema-tema unik. Ada rombongan yang menampilkan keunggulan di bidang kerajinan tangan, seperti anyaman bambu dan kerajinan dari bahan daur ulang. 

Ada juga desa yang menampilkan seni budaya khas mereka, seperti pencak silat dan tari topeng. Setiap desa seperti berlomba untuk menjadi yang terbaik, bukan dalam arti persaingan yang negatif, melainkan dalam semangat kebersamaan dan kebanggaan.

Karnaval ini adalah bukti nyata bahwa kekayaan desa tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari sumber daya manusia, budaya, dan semangat gotong royong. Di karnaval ini, tidak ada sekat. 

Semua warga, dari berbagai latar belakang, melebur menjadi satu dalam semangat kemerdekaan. Anak-anak saya melihat langsung bagaimana keragaman itu disatukan dalam satu perayaan yang indah. 

Mereka belajar bahwa Indonesia kaya, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di desa-desa yang menjadi tulang punggung bangsa.

Setiap replika gunung sayuran, setiap bakakak domba, dan setiap tarian tradisional yang ditampilkan membawa pesan yang mendalam. Mereka adalah representasi dari kerja keras, ketekunan, dan rasa syukur. Mereka adalah cerminan dari identitas desa-desa di Cicalengka. 

Karnaval ini adalah cara sederhana namun efektif untuk mengenalkan kekayaan lokal kepada generasi muda. Anak-anak saya tidak hanya sekadar menonton, tetapi mereka juga belajar tentang pentingnya menghargai warisan budaya dan ekonomi lokal.

Bagi saya, karnaval ini adalah puncak dari perayaan kemerdekaan. Ini adalah pesta rakyat yang sesungguhnya. Tidak ada panggung yang megah, tidak ada pertunjukan yang mewah. Yang ada hanyalah kegembiraan yang tulus, semangat kebersamaan yang kuat, dan kebanggaan akan identitas lokal. 

Karnaval ini adalah pengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari perjuangan para pahlawan yang tidak hanya berjuang di medan perang, tetapi juga berjuang untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Karnaval ini bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Sebelum acara, setiap desa pasti mengadakan rapat-rapat persiapan yang melibatkan banyak orang. 

Mereka bergotong royong menghias gerobak, membuat kostum, dan berlatih tarian. Semua ini dilakukan dengan sukarela dan semangat kekeluargaan yang tinggi.

Karnaval ini juga memiliki makna ekonomi yang penting. Banyak pedagang kecil yang mendapatkan rezeki dari keramaian ini. 

Penjual makanan, minuman, mainan, dan pernak-pernik agustusan bisa meraup keuntungan yang lumayan. Ini menunjukkan bagaimana perayaan budaya bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.

Melihat antusiasme warga, saya merasa optimis. Tradisi seperti karnaval ini akan terus hidup. Anak-anak saya dan generasi setelah mereka akan terus merasakan kehangatan dan makna dari perayaan Hari Kemerdekaan di kampung halaman. 

Mereka akan tahu bahwa kemerdekaan bukan hanya tentang bendera dan lagu kebangsaan, tetapi juga tentang gotong royong, kebersamaan, dan kebanggaan akan identitas bangsa.

Seiring berjalannya waktu, karnaval akan terus berkembang. Mungkin akan ada inovasi-inovasi baru dalam tema yang ditampilkan. 

Namun, esensi dari perayaan ini akan tetap sama, yaitu sebagai ajang untuk merayakan kemerdekaan dengan menampilkan kekayaan desa, dari pertanian, peternakan, hingga seni budaya.

Saya sangat bangga menjadi bagian dari masyarakat yang masih menjaga tradisi ini. Di tengah serbuan budaya luar, karnaval ini adalah benteng yang kuat untuk mempertahankan identitas lokal. 

Ini adalah cara kita untuk mengatakan, "Inilah kami, inilah Indonesia yang sesungguhnya, kaya akan budaya dan keberagaman."

Perayaan Kekayaan Desa: Lebih dari Sekadar Hiburan

Karnaval Hari Kemerdekaan di Kecamatan Cicalengka bukanlah sekadar parade atau arak-arakan. Lebih dari itu, ini adalah perayaan kekayaan desa yang sesungguhnya. Setiap desa, dengan segala keunggulan yang dimilikinya, tampil di panggung terbuka untuk menunjukkan identitas dan sumber daya andalannya. 

Desa-desa seperti Dampit menampilkan keunggulan di bidang pertanian dengan mengusung replika gunung dari hasil panen sayuran, sementara Desa Narawita dan Margaasih menunjukkan kemakmuran sektor peternakan dengan menampilkan bakakak domba dalam jumlah besar. 

Keberagaman tema ini tidak hanya menjadi hiburan visual, tetapi juga berfungsi sebagai ajang promosi ekonomi lokal yang efektif.

Pentingnya Gotong Royong dan Kebersamaan

Pelaksanaan karnaval ini tidak bisa lepas dari semangat gotong royong dan kebersamaan yang kuat di antara warga desa. Persiapan karnaval, mulai dari merancang konsep, menghias kendaraan, hingga membuat kostum, dilakukan secara swadaya oleh seluruh lapisan masyarakat. 

Setiap orang terlibat, tanpa memandang status sosial atau pekerjaan. Semangat ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan diraih melalui perjuangan kolektif, dan hanya dengan kebersamaanlah kemajuan dapat dicapai. 

Karnaval ini adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai luhur bangsa seperti gotong royong masih hidup dan terawat dengan baik di pedesaan.

Mewariskan Nilai-nilai Kemerdekaan kepada Generasi Muda

Bagi saya dan keluarga, karnaval ini menjadi sarana edukasi yang sangat berharga bagi anak-anak. Mereka tidak hanya menonton, tetapi juga belajar secara langsung tentang kekayaan budaya dan ekonomi lokal. 

Mereka melihat bagaimana kerja keras petani dan peternak dihargai, serta bagaimana tradisi dan seni budaya terus dilestarikan. Momen ini menanamkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi bagian dari Indonesia yang beragam. 

Dengan melihat langsung perayaan ini, anak-anak belajar bahwa kemerdekaan adalah hasil perjuangan yang harus diisi dengan kerja keras, rasa syukur, dan kebersamaan.

Kesimpulan

Karnaval Hari Kemerdekaan di Cicalengka adalah perayaan yang lebih dari sekadar arak-arakan. Ini adalah manifestasi nyata dari rasa syukur atas kemerdekaan, sekaligus ajang untuk menampilkan dan merayakan kekayaan desa yang beragam. 

Setiap jampanan, setiap replika gunung sayuran, dan setiap barisan penari adalah simbol dari kerja keras dan kebanggaan lokal. 

Karnaval ini adalah cerminan dari Indonesia yang sesungguhnya, di mana semangat gotong royong, kebersamaan, dan identitas budaya terus dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikan perayaan kemerdekaan sebagai pesta rakyat yang penuh makna dan kehangatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun