Sebagai warga negara Indonesia, saya jujur merasa bangga, haru, dan bersyukur. Sebagai bagian dari jutaan masyarakat yang mengidamkan timnas sepak bola berprestasi di kancah internasional, malam ini saya bisa bernapas lega.Â
Kemenangan ini bukan cuma soal tiga poin, tapi soal harapan yang membumbung tinggi. Sebuah hadiah spesial di momen kemerdekaan.Â
Kemenangan ini terasa begitu "Merdeka," seolah-olah seluruh perjuangan dan penantian panjang terbayar tuntas. Apalagi, yang tampil adalah adik-adik Garuda Muda U17, calon-calon bintang masa depan.
Bagi saya, kemenangan 2-0 atas Uzbekistan di ajang Piala Kemerdekaan 2025 di Stadion Utama Sumatera Utara adalah bukti bahwa mimpi itu nyata. Dan sebagai seorang guru, saya melihatnya lebih dari sekadar pertandingan.Â
Ini adalah sebuah "ujian" di lapangan hijau. Berdasarkan kriteria penilaian yang saya pegang, saya bisa dengan yakin dan tanpa ragu memberikan nilai terbaik kepada Garuda Muda.Â
Sebuah nilai yang pantas dan layak, yaitu 90+. Nilai ini diberikan bukan semata-mata karena skor, tetapi karena keseluruhan performa dan mentalitas yang ditunjukkan oleh tim.
Ujian Lapangan Hijau: Dari Strategi hingga Mentalitas
Pertandingan antara Timnas U17 Indonesia dan Uzbekistan malam ini adalah sebuah tontonan yang menarik. Pelatih Nova Arianto, yang saya anggap sebagai "guru" di lapangan, melakukan banyak perubahan pada starting XI.Â
Perubahan ini, seperti halnya strategi belajar di kelas, ternyata berhasil memberikan hasil yang maksimal. Para pemain terlihat lebih berani, lebih lincah, dan lebih percaya diri.Â
Mereka tidak hanya menunggu, tetapi juga aktif menyerang, menciptakan peluang, dan mengacaukan pertahanan lawan. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya memiliki bakat, tetapi juga pemahaman yang baik terhadap instruksi pelatih.
Gol pertama dari Dimas Adi Prasetyo di menit ke-17 adalah sebuah "jawaban" yang cerdas. Berawal dari umpan matang, Dimas menunjukkan ketenangan luar biasa.Â