Harga beras yang terus melonjak jadi pukulan berat buat banyak keluarga, apalagi buat masyarakat kecil. Rasanya kayak makan hati tiap kali ke pasar, lihat harga kebutuhan pokok yang makin tinggi. Tekanan ekonomi ini bikin banyak orang putar otak buat cari cara biar dapur tetap ngebul.Â
Tapi, di tengah kegelisahan ini, ada secercah harapan yang muncul dari tempat tak terduga yakni emperan pasar tradisional Ujungberung, Kota Bandung. Di sana, terlihat bagaimana sebuah pangan sederhana, hui boled (ubi jalar), justru jadi penyelamat dompet banyak orang, bahkan bikin rezeki pedagang kecil melambung.
Ketika Beras Meradang, Hui Boled Menjadi Penyelamat
Gelombang kenaikan harga beras memang lagi bikin pusing banyak kepala. Ini bukan cuma soal angka di daftar harga, tapi juga soal dampak langsung ke kantong masyarakat, terutama yang berpenghasilan pas-pasan.Â
Setiap kali harga beras naik, itu artinya anggaran belanja jadi makin ketat. Banyak keluarga yang terpaksa mengurangi porsi makan, atau bahkan mengganti menu makanan demi bisa bertahan. Kondisi ini menciptakan kekhawatiran yang besar tentang ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Namun, di balik kegelisahan itu, ada sebuah cerita menarik dari pasar tradisional Ujungberung, Kota Bandung. Di sana, ada Darta, seorang pedagang hui boled berusia 59 tahun, yang justru merasakan berkah di tengah badai harga beras.Â
Darta sudah puluhan tahun berjualan hui boled di emperan pasar. Biasa saja, tak ada yang istimewa. Tapi, sejak harga beras mulai "meradang", dagangannya malah jadi incaran banyak pembeli. Ini menunjukkan bagaimana masyarakat mencari alternatif makanan pokok yang lebih terjangkau.
Darta sendiri mengaku terkejut dengan peningkatan penjualannya. Saat ditemui pada Sabtu, (19/7/2025), ia bercerita bahwa setiap hari ia bisa menjual rata-rata 50 kilogram hui boled. Angka ini lumayan banyak untuk ukuran pedagang emperan.Â
Padahal, sebelumnya penjualannya tidak sebanyak itu. Hui boled yang ia jual dibanderol dengan harga Rp9.000 hingga Rp10.000 per kilogramnya. Harga ini jelas jauh lebih murah dibanding beras, yang harganya terus melambung tinggi.
Fenomena ini jadi bukti nyata bahwa masyarakat punya cara sendiri buat beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang sulit. Ketika beras, yang jadi makanan pokok utama, harganya di luar jangkauan, mereka akan mencari pilihan lain yang lebih ramah di kantong.Â
Hui boled, dengan harga yang relatif stabil dan terjangkau, otomatis jadi pilihan menarik. Ini bukan cuma soal rasa, tapi juga soal kemampuan bertahan di tengah himpitan ekonomi.