Perselingkuhan adalah isu yang kompleks, sering kali memicu perdebatan sengit tentang akar penyebabnya. Apakah selingkuh itu penyakit jiwa yang tidak bisa dikendalikan, ataukah murni sebuah pilihan sadar yang dilakukan seseorang? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab, sebab realitasnya jauh lebih berlapis.Â
Untuk memahami selingkuh secara komprehensif, kita perlu membedah kedua perspektif ini, melihat bagaimana keduanya bisa saling berkaitan, dan yang terpenting, mencari solusi untuk mengobati selingkuh baik dari akarnya maupun dampaknya.
Selingkuh Sebagai Penyakit Jiwa: Memahami Akar Psikologisnya
Sudah bukan rahasia lagi bahwa ada korelasi antara kondisi mental dan perilaku seseorang, termasuk dalam konteks perselingkuhan. Beberapa ahli psikologi dan terapis berpendapat bahwa perselingkuhan bisa menjadi manifestasi dari masalah psikologis yang mendalam, atau bahkan sebuah bentuk penyakit jiwa.Â
Ini bukan berarti setiap orang yang selingkuh memiliki penyakit jiwa, tetapi ada kasus-kasus di mana perilaku ini dipicu oleh gangguan yang lebih besar.
Salah satu kondisi yang sering dikaitkan adalah gangguan kepribadian narsistik. Individu dengan narsisme cenderung memiliki kebutuhan yang sangat besar akan perhatian dan validasi. Mereka mungkin mencari validasi tersebut di luar hubungan utama, merasa bahwa satu pasangan tidak cukup untuk memenuhi ego mereka yang terus membesar.Â
Dalam kasus ini, perselingkuhan bukan sekadar keinginan, tetapi dorongan yang sulit dikendalikan karena struktur kepribadian mereka. Mengobati selingkuh dalam konteks ini berarti harus mengobati gangguan narsisme itu sendiri.
Selain narsisme, ada pula gangguan keterikatan (attachment disorder). Seseorang yang memiliki pola keterikatan tidak aman (misalnya, cemas atau menghindar) dari masa kanak-kanak bisa jadi kesulitan membentuk ikatan emosional yang sehat dan stabil dalam hubungan dewasa.Â
Mereka mungkin selingkuh sebagai cara untuk menghindari keintiman yang sesungguhnya (keterikatan menghindar) atau sebagai upaya untuk mencari validasi dan perhatian yang tidak mereka dapatkan dari pasangan utama (keterikatan cemas).Â
Di sini, perselingkuhan menjadi semacam coping mechanism yang maladaptif, bukan pilihan yang sepenuhnya rasional. Mengobati selingkuh berarti menelusuri dan menyembuhkan luka keterikatan masa lalu.
Adiksi seksual juga seringkali disamakan dengan perselingkuhan, padahal keduanya berbeda. Adiksi seksual adalah gangguan kompulsif di mana seseorang merasa terdorong untuk melakukan aktivitas seksual berulang kali, bahkan ketika itu merusak kehidupan pribadinya. Perselingkuhan bisa menjadi salah satu manifestasi dari adiksi seksual ini.Â