Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cisaat Berdaulat Pangan: Petani Garut Kuasai Suhu, Pastikan Mutu Jagung Hibrida Tak Goyah

2 Juli 2025   15:30 Diperbarui: 2 Juli 2025   15:30 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan hijau tanaman jagung hibrida di Cisaat, Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (2/7/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Koko dan para petani Cisaat adalah contoh nyata dari ketangguhan dan kearifan lokal dalam menghadapi tantangan zaman. Di tengah gempuran perubahan iklim yang tak menentu, mereka tidak hanya mengandalkan keberuntungan. Mereka belajar, berinovasi, dan bekerja keras. Mereka memahami bahwa berdaulat pangan bukanlah sekadar memiliki cukup makanan, tetapi juga mampu mengendalikan faktor-faktor produksi utama, termasuk kondisi lingkungan.

Melihat hamparan jagung di Cisaat, kita tidak hanya melihat tanaman. Kita melihat harapan, perjuangan, dan masa depan pangan Indonesia. Petani seperti Koko adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang setiap hari berjibaku dengan alam demi memastikan kita semua memiliki akses terhadap makanan berkualitas. Pemerintah dan pihak terkait perlu memberikan dukungan lebih kepada mereka, baik dalam bentuk pelatihan, akses permodalan, maupun teknologi pertanian yang adaptif.

Cerita Cisaat mengajarkan kita bahwa kemandirian pangan bermula dari penguasaan lahan dan pemahaman mendalam tentang ekosistem lokal. Ini bukan tentang ketergantungan pada varietas impor semata, melainkan tentang kemampuan untuk berinovasi dan memaksimalkan potensi lahan sendiri. Jagung hibrida memang menjanjikan hasil besar, namun keberhasilannya sangat tergantung pada tangan-tangan terampil petani yang mampu mengendalikan setiap detail, termasuk suhu yang seringkali menjadi penentu.

Petani di Cisaat telah membuktikan bahwa dengan ketekunan, ilmu, dan semangat gotong royong, mereka bisa menguasai suhu. Mereka bisa memastikan bahwa setiap biji jagung yang mereka tanam akan tumbuh subur dan menghasilkan panen yang bermutu. Ini adalah model ketahanan pangan yang patut dicontoh, sebuah narasi tentang bagaimana petani lokal, dengan segala keterbatasannya, mampu menjadi arsitek kedaulatan pangan di daerahnya. Mereka tidak hanya menanam jagung, mereka menanam harapan.

Masa depan pangan Indonesia tidak hanya ada di tangan pemerintah atau perusahaan besar. Ia juga ada di tangan para petani kecil seperti Koko, yang dengan gigih mempertahankan lahan dan pengetahuannya. Mereka adalah tulang punggung kedaulatan pangan, dan keberhasilan mereka adalah keberhasilan kita semua. Mari kita belajar dari Cisaat, bahwa dengan kerja keras dan adaptasi, kita bisa memastikan bahwa jagung hibrida tetap kokoh, dan mutu panen tak goyah, di tengah segala tantangan yang ada. Ini adalah cerita tentang bagaimana sebuah desa kecil di Garut mampu mengukir namanya dalam peta kedaulatan pangan nasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun