Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Cuma Sekolah Biasa: Sekolah Rumahan di Desa yang Bikin Anak Siap Belajar, Siap Hidup

18 Juni 2025   06:55 Diperbarui: 18 Juni 2025   06:55 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah rumahan di desa Margaasih, Cicalengka, Kabupaten Bandung. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Di Kampung Cicadas, sebuah dusun yang asri di Desa Margaasih, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, ada sebuah pemandangan yang mengharukan dan penuh inspirasi setiap senja. Bukan deretan gedung sekolah megah, bukan pula ruang kelas berpendingin udara. Yang ada hanyalah sebuah rumah sederhana, yang setiap harinya, begitu azan magrib berkumandang, berubah menjadi sebuah oase pendidikan yang luar biasa. Di sinilah, puluhan anak dari usia sekolah dasar hingga SMP berkumpul, bukan hanya untuk mengaji, tapi juga untuk belajar tentang hidup.

Kegiatan rutin ini dipimpin oleh seorang wanita muda bernama Bulan Sofia Amina (27 tahun), didampingi oleh suaminya. Bagi anak-anak di Kampung Cicadas, Bulan Sofia Amina bukan hanya sekadar guru ngaji. Ia adalah pembimbing, pendengar setia, dan tak jarang menjadi tempat mereka menumpahkan segala isi hati tentang kehidupan. Wanita lulusan S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini, dengan sukarela dan tanpa pamrih, mendedikasikan waktu dan ilmunya untuk masa depan anak-anak desa.

Filosofi yang diusung oleh Bulan dan suaminya di "Sekolah Rumahan" ini sangatlah sederhana namun mendalam: pendidikan itu bukan hanya tentang nilai di rapor, tapi juga tentang bagaimana anak-anak bisa siap menghadapi tantangan kehidupan. Ini adalah manifestasi nyata dari moto mereka: "Siap Belajar, Siap Hidup!" Mereka percaya bahwa setiap anak memiliki potensi luar biasa yang harus diasah, tidak hanya dari segi akademis, tapi juga moral dan sosial.

Setiap sore, setelah hiruk pikuk siang hari mereda, suasana di rumah Bulan mulai berganti. Anak-anak berdatangan satu per satu, membawa Al-Qur'an kecil mereka, buku-buku tulis, dan terkadang, beban pikiran dari sekolah atau rumah. Senyum ramah Bulan selalu menyambut mereka, menciptakan atmosfer yang hangat dan aman. Di sinilah mereka menemukan "rumah kedua" mereka, tempat di mana belajar terasa menyenangkan dan curhat diterima.

Pelajaran dimulai dengan mengaji. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an memenuhi ruangan, menciptakan ketenangan dan kedamaian. Bulan dengan sabar membimbing mereka melafalkan huruf demi huruf, memperbaiki tajwid, dan menanamkan makna dari setiap ayat. Ini adalah fondasi spiritual yang kuat, membentuk karakter anak-anak sejak dini, mengajarkan mereka tentang disiplin, kesabaran, dan ketaatan.

Setelah sesi mengaji, fokus beralih ke pelajaran formal. Membaca, menulis, dan menghitung menjadi menu utama. Meskipun Bulan seorang sarjana PAUD, ia tidak ragu untuk mengadaptasi metode pengajarannya agar sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak-anak SD dan SMP. Ia menggunakan cara-cara yang kreatif dan interaktif, jauh dari kesan membosankan yang mungkin mereka rasakan di sekolah formal.

Sebagai contoh, untuk pelajaran membaca dan menulis, Bulan sering menggunakan media yang ada di sekitar mereka. Daun kering bisa jadi huruf, batu-batuan bisa jadi alat hitung, atau cerita rakyat lokal bisa jadi bahan bacaan. Metode ini membuat belajar terasa relevan dan menyenangkan, menghubungkan pelajaran di buku dengan kehidupan nyata mereka di desa.

Uniknya, "Sekolah Rumahan" ini tidak hanya berpusat pada materi pelajaran. Bulan menyadari betul bahwa anak-anak membawa serta dunia mereka yang kompleks. Oleh karena itu, sesi curhat menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan belajar. Setelah lelah mengaji dan berhitung, atau bahkan di tengah pelajaran, anak-anak seringkali mencurahkan isi hati mereka kepada Bulan.

Mulai dari masalah pertemanan di sekolah, kesulitan memahami pelajaran tertentu, konflik dengan orang tua, hingga impian-impian kecil yang mereka pendam, semuanya bisa mereka bagi dengan Bulan. Dengan sabar, Bulan mendengarkan setiap keluh kesah, memberikan nasihat, atau sekadar memberikan dukungan moral yang mereka butuhkan. Ia adalah "jembatan" yang menghubungkan dunia anak-anak dengan pemahaman orang dewasa, membantu mereka menemukan solusi dan kekuatan diri.

Hubungan yang terjalin antara Bulan dan anak-anak didasari oleh rasa saling percaya dan kasih sayang. Mereka melihat Bulan bukan sebagai guru yang menuntut, melainkan sebagai seorang kakak atau bahkan ibu kedua yang peduli dan mau mendengarkan. Lingkungan non-formal ini menghilangkan sekat antara guru dan murid, memungkinkan komunikasi yang lebih terbuka dan jujur.

Suami Bulan juga memainkan peran penting dalam "Sekolah Rumahan" ini. Dengan setia ia membantu Bulan, mulai dari menyiapkan tempat, mengatur anak-anak, hingga sesekali ikut membimbing pelajaran. Kehadiran mereka berdua menciptakan atmosfer keluarga yang kuat, menunjukkan kepada anak-anak bahwa belajar adalah upaya bersama, dan bahwa ada orang dewasa yang peduli dengan perkembangan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun