Dimainkan oleh banyak orang sekitar tiga sampai enam orang bahkan lebih. Permainan ini  biasa dimainkan oleh anak-anak di tatar sunda dan populer pada tahun 90an.
Sayang, permainan ini saat ini sudah hampir punah. Anak-anak di kampung sudah sangat jarang memainkannya, terlebih anak-anak diperkotaan sangat sedikit sekali mengenalnya.
Penyebab hampir punahnya permainan ini bisa disebabkan karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga anak-anak jaman sekarang lebih memilih bermain melalui gadget.
Permainan yang dimaksud adalah "Ucing Sumput". Istilah "Ucing Sumput" diambil dari kata sunda, "Ucing" berarti kucing (jenis hewan sebenarnya) dan "Sumput" yang berarti sembunyi/bersembunyi.
Di tatar sunda, khususnya di Bandung permainan "Ucing Sumput" ini sering dilakukan anak-anak jelang menunggu waktu buka puasa (ngabuburit).
Permainan ini sangat seru, selain ajang bermain untuk anak-anak juga mempunyai manfaat bagi para pemainnya. Seperti melatih kesabaran, melatih kejujuran, melatih kekuatan fisik, melatih disiplin, dan menjalin kebersamaan.
Cara bermain permainan ini adalah sangat unik, satu orang menjadi ucing (kucing) dan yang lainnya bersembunyi. Si ucing biasanya mempunyai tempat khusus, jika yang bersembunyi ditemukan, maka si ucing mensyahkannya menepuk tangan di tempat khusus tersebut, sambil menyebut nama yang ditemukan.
Kemudian, jika si ucing dan yang sembunyi saling bertemu maka keduanya berburu lari cepat ke arah tempat si ucing diam. Jika yang sembunyi lebih dulu ke tempat itu, maka si ucing harus tetap menjadi ucing. Tapi sebaliknya kalau si ucing yang duluan, maka yang sembunyi menjadi ucing (bergantian).
Permainan "Ucing Sumput" ini, jika dimainkan sore hari menjelang waktu buka puasa pada bulan Ramadan tentu sangat bermanfaat. Selain menjadi ajang bermain/hiburan juga mendatangkan manfaat lain yaitu tubuh jadi sehat dan kuat.