Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Plintheng Semar

9 Agustus 2011   08:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:57 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah pernah dengar istilah yang satu ini? Kalau "Semar" pasti sudah sering mendengar dan membacanya ya, atau mungkin teman-teman sudah pernah bersambang dan melihat fenomena alam satu ini. Ya "Plintheng Semar" itu adanya setahu saya baru di kabupaten Wonogiri, atau daerah lain juga memiliki kesamaan, mengingat Indonesia ini sebenarnya kalau jeli banyak nama tempat yang sama. Sebut saja "Karanganyar", entah itu nama desa, kecamatan, kelurahan, ataupun kabupaten, ada yang menggunakan nama Karanganyar. Di timur Solo, Kabupaten Karanganyar, di daerah Pemalang juga ada Karanganyar, di daerah Gembong juga ada Karanganyar.

Plintheng Semar. Plintheng ini semacam benda, permainan anak kecil. Kalau bahasa Indonesia memiliki istilah ketapel, di Jawa Tengah namanya plintheng. Semar adalah tokoh figur penuh misteri dalam pertunjukan wayang. Plintheng Semar adalah ketapel yang dimiliki oleh Semar. Kebenaran tentang informasinya saya kurang tahu. Tepatnya di Kabupaten Wonogiri di salah satu jalan di pusat kota Wonogiri, ada sebuah pohon asem yang besar. Pohon ini bentuknya seperti ketapel, yaitu bercabang 2. Ukuran diameter pohon ini sekitar 1 meteran. Di tengah-tengah cabang tersebut terdapat onggokan batu yang besar, sekitar berdiameter 1,5 m. Orang atau masyarakat setempat menyebutnya dengan plintheng Semar. Mungkin karena besarnya ya, ingat kan ketika Semar berlomba makan gunung dengan saudaranya Togog.

Tidak hanya fenomena itu yang terdapat di Wonogiri, di dekat plintheng semar ada sebuah bukit batu raksasa, yang disebut dengan gunung Gandhul, sebab batu yang di atas bukit itu seperti melayang mau jatuh, tetapi tidak jatuh, ini sungguh aneh, ketika saya periksa ternyata hanya diganjel dengan lempengan batu kecil, bisa menahan batu raksasa yang kalau digunakan bisa memuat sekitar 30an orang. Wonogiri ini identik dengan berbagai bentuk yang aneh, ada lagi gua tabuhan, batu-batu yang di dalam gua jika dipukul berbunyi seperti gong, suaranya nyaring. Ada lagi tempat bermeditasi letaknya agak ke selatan bernama "Kahyangan". Pernah sekali saya ke sana dan berusaha naik hingga puncak bukit yang di larang tersebut. Di Kahyangan kalau tidak hati-hati anda bisa bertengkar dengan para monyet penghuni bukit tersebut, kera-kera liar dan alami ini ada ratusan hingga ribuan jumlahnya.

Kembali ke plintheng Semar. Pohon yang ada batunya itu kata orang setempat memang alami dari dulu. Kalau saya logika ini tidak masuk akal, kenapa? Karena pohon ini tumbuhnya dari kecil, tidak langsung besar seperti sekrang itu kan? Nah bagaimana si pohon waktu kecil mampu menyangga batu yang bisa diduduki 4 orang itu? Kalau ga alami, terus berapa orang yang menaikkan batu sebesar itu ke atas pohon tersebut? Aneh kan, mungkin ada juga pohon tersebut langsung besar, atau ketika pohon kecil dibiarkan dulu, ketika besar Semar datang dan digunakan jadi ketapel dan batunya ga bisa keluar, karena nyangkut di tengah cabang pohon tersebut. Pusing ah, biarlah, itu namanya juga fenomena alam. Silahkan berkunjung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun