Mohon tunggu...
Julius Deliawan A.P
Julius Deliawan A.P Mohon Tunggu... https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Julius Deliawan A.P adalah seorang guru dan penulis reflektif tentang pendidikan, sejarah, kemanusiaan, sosial dan politik (campur-campurlah). Lewat tulisan, mencoba menghubungkan pengalaman di kelas dengan isu besar yang sedang terjadi. Mengajak pembaca bukan hanya berpikir, tetapi juga bertindak demi perubahan yang lebih humanis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Refleksi Pagi di Usia Menjelang 50 : Antara Jongkok, Jalan Kaki dan Bonsai

20 September 2025   08:32 Diperbarui: 20 September 2025   08:32 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi di hari libur selalu punya cerita sendiri. Menjelang usia 50, tubuh mulai memberi tanda-tanda yang dulu nyaris tak terasa. 

Sesuatu yang sederhana seperti jongkok lalu berdiri pun bisa jadi tantangan.


Setiap kali saya jongkok agak lama, berdiri terasa berat. Kadang sampai berkunang-kunang, keseimbangan pun seakan goyah, seperti mau jatuh. Saya tahu, faktor usia berperan, tapi bukan itu saja. Berat badan yang lumayan berlebih juga menambah beban di sendi dan otot.

Tubuh memberi sinyal bahwa ia butuh dilatih. Maka, saya mulai dengan hal ringan: jalan kaki keliling setengah kompleks. Tidak panjang, tidak sesuai standar olahraga ideal, tapi setidaknya membuat badan bergerak.

Satu latihan lain yang unik justru saya temukan lewat hobi: merawat bonsai. Biasanya, saya duduk di kursi dan meletakkan bahan bonsai di atas meja atau rak. Praktis, nyaman, tidak perlu jongkok. Kini saya sengaja mengubah cara itu. Saya biarkan bonsai berada di lantai, sehingga saya harus jongkok untuk mengamati detail dan memberi perawatan ringan.

Awalnya terasa beban. Setiap kali berdiri setelah jongkok, kepala berputar, tubuh limbung. Tapi karena saya meniatkannya sebagai latihan otot, saya bertahan. Perlahan-lahan, tubuh mulai terbiasa. Yang tadinya berkunang-kunang, kini sudah terasa lebih ringan. Saya bahkan mulai menikmati hasilnya, bonsai tetap terawat, sementara tubuh saya ikut terlatih.


Pagi bukan sekadar waktu untuk beraktivitas, tetapi juga kesempatan untuk merawat tubuh dan pikiran. Bagi saya, jongkok-berdiri yang dulu terasa melelahkan kini menjadi latihan kecil yang memberi arti.

Dan tentu saja, kebiasaan ini jangan sampai diketahui dokter atau instruktur olahraga. Pasti dianggap jauh dari cukup. Tapi, untuk orang yang ogah-ogahan seperti saya, latihan ala bonsai ini sudah terasa istimewa!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun