Bagi saya pribadi, menulis adalah cara paling nyata merayakan kemerdekaan. Dengan menulis, saya bisa mengkritik sistem pendidikan tanpa harus menunggu panggung seminar. Dengan menulis, saya bisa melawan stigma bahwa guru harus selalu manut aturan.
Bukankah proklamasi kita lahir dari selembar teks sederhana yang ditulis dalam kondisi genting? Tulisan mampu mengubah sejarah. Maka mengapa guru masih ragu untuk menulis?
Saya membayangkan, andai setiap guru di Indonesia menulis pengalaman mengajarnya tentang siswa yang berjuang, tentang metode kreatif, atau tentang ironi di lapangan bangsa ini akan memiliki gudang pengetahuan otentik yang jauh lebih kaya daripada dokumen birokratis.
Guru yang Diam = Kemerdekaan yang Mandek
Guru yang berhenti belajar ibarat pejuang yang menurunkan senjata. Guru yang enggan menulis ibarat pahlawan yang memilih bungkam di depan penjajah.
Kita tidak bisa lagi berlindung di balik alasan sibuk atau keterbatasan. Karena kemerdekaan tidak menunggu orang yang malas. Kemerdekaan menuntut pengorbanan, dan di era ini pengorbanannya bukan darah, melainkan waktu untuk terus belajar dan menulis.
Estafet Kemerdekaan Ada di Tangan Guru
Delapan puluh tahun Indonesia merdeka. Namun perjuangan di ruang kelas masih jauh dari selesai. Kita masih menghadapi generasi yang lebih akrab dengan layar gawai daripada lembar buku. Kita masih berhadapan dengan siswa yang cepat menyerah karena tak terbiasa berpikir kritis.
Maka, tugas kita sebagai guru jelas: menjadi pembelajar abadi.
- Belajar agar kita tidak terjebak pada metode usang.
- Menulis agar kita bisa menyuarakan gagasan, melawan kebisuan, dan meninggalkan warisan pemikiran.
- Membebaskan siswa dari keterbatasan, sama seperti pahlawan dulu membebaskan bangsa dari penjajahan.
Kalau dulu pahlawan meneriakkan "Merdeka!" di medan tempur, kini giliran kita meneriakkan "Merdeka belajar!" di ruang kelas. Itulah cara kita melanjutkan estafet perjuangan.
Selamat ulang tahun ke-80 Republik Indonesia. Semoga kita tidak hanya merdeka di bendera, tetapi juga merdeka dalam pikiran.