Saat melintas di ruang tengah, mata saya tertuju pada layar televisi. Pembawa acaranya tidak asing. Saat namanya disebutkan, saya semakin yakin bahwa ingatan saya tidak keliru.Â
Tertarik dengan penampilannya, saya coba cari dan hubungi dari sosial media yang ia miliki. Tidak butuh waktu lama, Maria Anneke Wijaya pun mengiyakan permintaan saya untuk mengisi sebuah acara talk show di sekolah, almamaternya. Itulah awal pertemuan saya, setelah sekian lama Maria Anneke Wijaya menyelesaikan studinya di SMA.
Maria Anneke Wijaya, memulai terjun ke dunia jurnalistik beberapa bulan selepas menyelesaikan studi S1-nya. Ia memulai karir dari menjadi reporter berita.Â
Meski saat itu sesungguhnya ia telah bekerja sebagai sales penjualan di salah satu media cetak nasional. Baginya menjadi peliput berita lebih menantang dan menyenangkan.Â
Jiwa mudanya yang dipenuhi rasa penasaran dan keingintahuan mendapat tempat. Meski ia sadar, secara finansial hal tersebut tidak menjadi lebih baik dibanding pekerjaan sebelumnya. Tetapi pengalaman yang didapat, membuat ia yakin pada pilihannya tersebut.
Awalnya selain sebagai reporter berita, Maria Anneke juga melakukan pekerjaan sampingan. Mengerjakan video dan fotografi pernikahan, juga untuk acara-acara korporasi. Guna menopang kebutuhannya. Semula berjalan baik dan beriringan, namun seiring berjalannya waktu ia semakin sering dikirim keluar kota untuk melakukan liputan.
Liputan di berbagai kota dan daerah di Indonesia, membuat ia bertemu dengan banyak orang dari beragam latar belakang, baik sosial maupun ekonomi. Perjumpaan-perjumpaan demikianlah yang membuat Maria Anneke merasa kaya, karena mendapatkan banyak sekali pelajaran hidup yang tidak ia dapatkan di institusi pendidikan formal.
Saya belajar banyak tentang kehidupan, demikian ia sampaikan membalas chat saya. Bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat awam, namun juga dituntut dapat mewawancarai pejabat tinggi pemerintahan.Â
Berpesta dengan para pengusaha, namun disisi yang lain dapat menyalurkan aspirasi buruh, serta mendengarkan tangisan korban ketidakadilan. Mengetahui cara bertahan di tengah kerusuhan, hingga pengalaman berada  di daerah  terpencil dengan sumber daya terbatas. Pengalaman Itu semua bisa saya dapatkan dengan menjadi seorang jurnalis, tegas Maria Anneke.
Belum lagi sebagai peliput berita, ia tidak hanya meliput bencana dan kriminal, tetapi juga destinasi-destinasi wisata menarik di Indonesia. Ia dapat menyaksikan dan menikmati keindahan alam Indonesia secara langsung. Bahkan ia juga belajar menyelam karena profesinya tersebut.
Pengalaman dua tahun sebagai reporter lapangan, membuka peluang baru baginya untuk juga melakoni hal baru, presenter – reporter. Kali ini tidak hanya bertugas di lapangan, namun juga siaran live di studio.Â
Bagi Maria Anneke ini menjadi lebih menarik, ketika ia ternyata ditarik di divisi olahraga. Sesuatu yang baru baginya, jauh dari pengetahuan yang ia miliki sebelumnya. Namun hal ini justru memberinya kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman. Termasuk berkenalan dengan atlet-atlet nasional ternama.
Dari profesinya, Maria Anneke Wijaya, mengupayakan menabung dan sedikit demi sedikit berinvestasi serta mempelajari seluk beluknya. Ia mulai menaruh minat pada dunia tersebut. Seperti diarahkan oleh semesta, terdapat stasiun televisi yang lantas menawarinya sebagai presenter ekonomi dan investasi. Tidak butuh waktu lama untuk menerima tawaran tersebut.
Lagi-lagi, ia harus belajar hal baru. Mulai dari mikroekonomi,  makroekonomi dan tentu saja investasi. Ia berusaha belajar sesingkat-singkatnya. Baginya hal ini sangat menantang, karena ia  tidak memiliki latar belakang ilmu ekonomi. Menurutnya apa yang sudah dilakukannya itu tidak sia-sia. Karena faktanya ia bertahan hingga hari ini.
Menjadi jurnalis atau apapun, pasti tidak akan selalu manis disetiap harinya. Kadang jenuh dan terasa melelahkan, namun apabila bekerja di bidang yang kita suka, selalu ada alasan yang membuat kita yakin bahwa esok akan menjadi awal baru yang menyenangkan. Demikian Maria Anneke yakini.
Profesi jurnalis memberi saya banyak pengetahuan dan pengalaman, serta relasi, yang sangat dibutuhkan disetiap aspek kehidupan. Sementara di tempat saya sekarang ini, saya matang secara mental dan fisik. Bahkan dipertemukan dengan jodoh saya dan menikah, Â kemudian dikaruniai buah hati. Â Sehingga bagi saya, hidup ini bukan tentang bertahan, tetapi tentang menikmati apa yang Tuhan sudah sediakan.
Sebuah ungkapan penutup dari Maria Anneke Wijaya yang sangat bijak. Ia sangat mensyukuri pengalaman yang telah ia jalani dan pencapaian  yang berhasil dia raih. Selamat menikmati dan menjalani hidup Maria Anneke Wijaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H