Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Atletik Pilihan

Lalu Muhammad Zohri, Pemantik Spirit Asian Games 2018

13 Juli 2018   08:00 Diperbarui: 13 Juli 2018   08:38 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

"Kamu bisa!" 

"Jika bukan sekarang, kapan lagi?"

Masih banyak lagi afirmasi positif yang biasa diucapkan untuk membangkitkan semangat. Dimulai dari upaya membangun rasa percaya diri. Menggugah kesadaran agar kemudian seseorang memiliki spirit untuk mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki. Untuk meraih kemenangan. Ini biasa terjadi di hampir semua kompetisi. Baik olahraga maupun bidang lain. Tidak terkecuali nanti pada perhelatan Asian Games 2018.

Mencermati prestasi Indonesia di pesta olahraga negara-negara Asia ini, fluktuatif. Bahkan jika dilihat dari sejak keikutsertaan Indonesia dari tahun 1951, peringkatnya cenderung menurun. Prestasi terbaik Indonesia adalah menjadi peringkat ke 2 pada tahun 1962. Bersamaan dengan dipercayanya Indonesia menjadi tuan rumah pesta olahraga tersebut.

Ragam cabang yang mendulang medali pun relatif sama dari satu perhelatan ke perhelatan berikutnya. Bulutangkis masih menjadi tumpuan harapan. Apakah ini berarti mengindikasikan pembinaan olahraga cabang-cabang lainnya hanya jalan di tempat? Atau sebenarnya sudah jalan, cuma negara Asia lainnya sudah berlari?

Tidak banyak yang saya ketahui terkait dengan bagaimana pembinaan olahraga di negeri ini. Tetapi saya percaya, pasti semua cabang olahraga di negeri ini sebenarnya telah berusaha membina para atlitnya secara maksimal. Mungkin saja karena berbagai kendala, pembinaan itu tidak dapat dilakukan secara optimal. Ada  banyak factor yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Misalnya saja, ada banyak cabang olahraga yang tidak memiliki kompetisi yang kontinyu di tingkat daerah, nasional maupun internasional. Sehingga pembinaan hanya dilakukan secara insidentil. Permasalahan lainnya adalah pada soal pemusatan latihan. Mulai dari hal-hal yang mendasar, hingga ke persoalan teknis yang sangat sepele. Seperti terlambatnya uang saku atlit. Hal ini pernah diungkap pengamat olahraga  Fritz E Simanjuntak dalam sebuah diskusi. Bisa dibaca di sini.  Sementara menurut Yayuk Basuki mantan atlit yang kini menjadi anggota DPR RI adalah karena belum konsistennya anggaran pemerintah dan lambannya kinerja Kemenpora. Baca di sini .

Sehingga menurut pemerhati olahraga dan mantan atlit tersebut perlu ada perombakan besar-besaran. Saya sepakat dengan hal tersebut, termasuk hingga ke persoalan mental atlit. Bukan hanya sekedar infrastruktur namun juga suprastruktur. Edukasi dan penanaman nilai-nilai dari setiap cabang olahraga yang dihubungkan dengan arti pentingnya bagi pembangunan mental sebagai orang Indonesia.

Mengapa ini penting, karena untuk menjadi juara perlu membangun mental   juara terlebih dahulu. Membangkitkan harga diri, rasa percaya diri, yang dapat memberi spirit bahwa kita juga berpeluang. Caranya beragam, satu diantaranya dengan mencari role model.

Sepertinya kebutuhan itu, saat ini terjawab. Lalu Muhammad Zohri, mencairkan kebekuan yang terjadi selama ini. Kejuaraan Dunia Atletik U-20

Kompas.com menulis "Situs resmi Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF) pada Rabu (11/7/2018) mencatatkan, dalam 32 tahun sejarah kejuaraan tersebut, penampilan terbaik atlet Indonesia adalah finish posisi ke-8 pada 1986.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun