Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Rizal Ramli Menuding Pemerintah Otoriter, Alasannya Apa?

24 Agustus 2020   00:15 Diperbarui: 24 Agustus 2020   01:00 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Rizal Ramli yang kita kenal sebagai ekonom, pernah juga menjabat sebagai menteri di periode Jokowi-Jusuf Kalla dan kali ini bergabung dalam jajaran tokoh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI membuat pernyataan yang mengejutkan.

Rizal Ramli mengatakan,"Rakyat hidupnya makin susah, makan saja susah, disamping itu juga ada semangat semakin otoriter. Teman-teman ambil inisiatif untuk membikin KAMI," kata Rizal kepada CNN Indonesia.com,7/8.

Rizal Ramli juga menyinggung ada cara-cara pakai buzzer dan influencer membajak demokrasi, menurunkan kualitas demokrasi dan lainnya.

Alasannya apa?

Menjadi pertanyaan, alasannya apa, sehingga ada kesan pemerintah otoriter menurut Rizal Ramli?. Padahal yang kita lihat saat ini, demokrasi sangat terjaga. Banyak sekali pihak-pihak mengkritik keras pemerintah tapi tidak ada larangan apalagi dibawa-bawa ke proses hukum.

Dugaan-dugaan buzzer juga sampai sekarang penulis lihat sulit untuk dimengerti. Pengertian pihak pengkritik pemerintah kemungkinan besar para buzzer itu adalah orang-orang yang membalas pengkritik pemerintah tersebut?.

Jadi, andai ada pihak yang mengkritik keras pemerintah dan dijawab atau dibalas pihak lainnya dengan membela pemerintah, apakah itu bisa disebut buzzer atau influencer tadi?.

Sampai sekarang, penulis tidak mengerti buzzer-buzzer yang didengungkan saat ini oleh mereka yang ada di luar pemerintahan.

Jadi, tak boleh ada lagi orang yang membela pemerintah?. Jadi biarkan saja pemerintah dikritik keras, tanpa ada yang membela atau membalas kritikan dan kritikan?.

Kalau begitu, sama saja itu namanya merusak demokrasi. Masa sih, demokrasi berlaku hanya pada pengkritik pemerintah dan tidak berlaku pada pembela pemerintah?.

Jadi sebenarnya, perlu kita semua termasuk politisi maupun pihak di luar pemerintah menerima demokrasi kita penuh tanpa ada perspektif negatif terhadap pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun