Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Berutang yang Bisa Menyemangati Hidup

1 Agustus 2019   11:42 Diperbarui: 4 Agustus 2019   15:02 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: ualberta.ca

"Masalah yang paling besar dihadapi manusia, yaitu ketika kehilangan semangat hidup."

Semangat pangkal bisa.
Rajin pangkal pandai.
Hemat pangkal kaya.
Utang pangkal punya.
Cicil pangkal lunas.

Waktu masih bujang, bercita-cita ingin punya rumah sendiri sebelum menikah. Lalu dengan semangat 45 menabung dari penghasilan yang didapat secara rutin. Dengan harapan suatu saat nanti, bisa membeli rumah tanpa utang atau kredit.

Setelah dirasa cukup, lalu coba melihat pameran rumah di berbagai lokasi. Ternyata uang yang saya tabung itu hanya cukup untuk membayar uang muka rumah saja, lalu sisanya bisa diangsur. Lalu setelah itu menabung lagi dan ternyata harga rumah lebih melambung tinggi. Seakan tak terkejar.

Cara berpikir waktu itu masih begitu konservatif. Tidak mau berutang. Ingin beli rumah secara tunai (cash). Setelah sekian tahun berjuang, ternyata tak pernah bisa membeli pula. Akhirnya sejak saat itu, mulai menikmati indahnya punya utang.

Setelah itu, berutang seakan menjadi pemenuhan akan kebutuhan dan keinginan sekaligus. Apalagi setelah memegang beberapa kartu kredit. Saat ini untuk membeli sebuah sepeda motor tinggal gredek kartu kredit juga bisa. Teman saya bisa beli mobil atau rumah, juga pakai kartu kredit. Tanpa ribet pakai syarat ini dan itu.

Untuk saat ini, ada banyak cara untuk bisa berutang, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok maupun keinginan. Mulai dari kredit di bank, kredit non-bank (leasing), kartu kredit, atau aplikasi keuangan (fintech atau paylater).

Tapi saya kurang enjoy kalo ngutang ke teman (kecuali begitu sangat amat terdesak sekali). Buntutnya bisa mana tahan, gitu. Meski kita sudah melunasi utang uangnya itu, tapi utang budinya tak pernah terlunasi, bukan? Suatu hari, bisa saja diungkit atau terungkit.

Sejak berlangganan listrik, air, dan telpon kabel di rumah, juga sudah berutang. Pakai dulu, baru bayar. Kadang ke warung sebelah ambil beras, gula dan lain-lain dulu, nanti baru bayar. Beberapa tahun lalu, mau berobat di rumah sakit, bisa menginap dulu, baru bayar. Sekarang sepertinya tidak lagi, karena banyak yang tidak mau bayar lalu melarikan diri.

Berutang tak bisa dihindari dalam kehidupan. Ini sesungguhnya sebuah fasilitas juga. Sekolah atau kuliah lebih dulu, baru nanti dibayar. Tapi sekarang sekolah dan kampus tertentu, telah  memiliki kebijakan untuk bayar semuanya di depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun