Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Yuk, Menjadi Badminton Lovers yang Logis dan Rendah Hati

1 Agustus 2021   23:01 Diperbarui: 1 Agustus 2021   23:04 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pemain pasti selalu mengamati dan mempelajari lawan-lawan mereka dari negara lain agar bisa mengetahui titik lemah dan bagaimana cara mengatasinya.

Lawan yang sebelumnya mereka (BL) anggap enteng mampu membungkam mulut mereka dengan menjadi juara olimpiade. 

Saya hanya ingin Bl ini berpikir realistis. Olimpiade kali ini bukanlah olimpiade seperti tahun 2012 dimana kekalahan dari salah satu unggulan (yang kebetulan dari Tiongkok) membuat 4 pasang pemain ganda putri saling mengalah agar idak bertemu unggulan tersebut yang jadi runner up (kebetulan pemain Indonesia juga terkena dampaknya). 

Sementara sekarang semua unggulan lolos ke babak berikutnya, bagaimana mungkin mereka berpikir kalau itu strategi mengalah, sesuatu yang tidak logis. Kalaupun mengalah, kenyataannya gagal total karena di perempat final mereka kalah dari ganda Malaysia.

Kasihan sekali minions, dari awalnya di gadang-gadang, kemudian mulai deh mereka dibully oleh para oknum BL-BL. Saya tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran BL. Bagi netijen Indonesia, sepertinya pemain kalau H2H jauh lebih baik, otomatis mereka selamanya akan menjadi yang terbaik. 

Para oknum BL ini sepertinya memandang  idola mereka seperti dewa (dalam kondisi lebai) yang tidak mungkin kalah. Apalagi rekor minions yang hampir tidak pernah kalah sepanjang tahun 2019 dan awal 2020 kecuali dari Yuta/Endo saja yang menjadi batu sandungan mereka. Para BL ini hanya fokus pada Yuta Endo saja selama olimpiade, dan tidak peduli dengan para pemain-pemain lain yang mungkin bisa saja mengalahkan Minion kalau tidak hati-hati.

Para oknum BL tidak pernah mau melihat bahwa dalam pertandingan, apapun bisa terjadi. Bukan sekadar H2H, ataupun usia, tapi juga kesiapan mental dan yang lain. Saya hanya ingin BL BL ini tidak bersikap sombong dengan meremehkan para pemain lain, tapi mereka menghargai para pemain lain. 

Selalu memandang bahwa siapapun punya potensi  untuk menjadi batu sandungan. Saya ingin para BL ini selalu berpikir bahwa junjungan mereka juga manusia biasa yang mungkin entah karena apa, akhirnya bisa juga kalah. Mereka bukanlah dewa yang tanpa lawan, tapi mereka juga manusia yang bisa saja Tuhan ijinkan mereka untuk kalah.

Saya ingin para BL mampu menempatkan pemain Indonesia ini sebagai manusia biasa yang juga bisa melakukan kesalahan, bukan sosok yang selalu tampil perfeck tanpa cela dan tanpa kesalahan. Bahkan hari ini saja, sosok sekelas Tai Tzi Ying juga sering melakukan kesalahan saat melawan wakil Tiongkok di babak final Olimpiade Tunggal putri (WS), apapun bisa terjadi. Yang menjadi tugas kita adalah mendukung para pemain. 

Kalau menang ya dipuji dan diberi ucapan selamat, kalau kalah ya diberi semangat untuk bangkit. Bukannya kalau kalah langsung sibuk mencari kesalahan pemain tersebut. 

Hmmm, evaluasi perlu sih untuk bisa lebih baik, tapi para komentator BL di media sosial ini saya lihat bukan suatu bentuk evaluasi melainkan suatu bentuk bullying yang bisa menghancurkan mental seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun