Mohon tunggu...
Jalu Priambodo
Jalu Priambodo Mohon Tunggu... profesional -

antara Bandung-Jakarta. ITB angkatan 2002. Pengamat dan analis kebijakan, teknologi dan masyarakat INSTRAT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Banyumas Untuk Indonesia

10 Juni 2014   23:35 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:21 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14023928131411970204

[caption id="attachment_310525" align="alignleft" width="300" caption="Margono Djojohadikusumo, Pelopor bank sentral pertama di Indonesia sekaligus pendiri BNI, kakek dari Prabowo Subianto"][/caption]

Baru saja, saya diajak oleh ayahanda berziarah bersama eyang putri ke Banyumas, tempat leluhur saya. Selama di Purwokerto, setiap paginya eyang siap menyajikan mendoan sebagai sarapan pagi. Tak lupa eyang berpromosi,

“Ini beda lho, mendoan yang dibuat di tempat asalnya”.

Siapa yang tidak kenal mendoan. Panganan yang lazim disajikan di gerai warteg seluruh Indonesia maupun terkenal sebagai teman makan pecel dan soto ini berasal dari Banyumas. Tapi ternyata bukan hanya mendoan yang diwariskan oleh Banyumas.

Purwokerto, Banyumas juga terkenal dengan kampusnya Universitas Jenderal Sudirman (UNSOED). Apa hubungan Jenderal Soedirman dengan daerah ini?

Pada tahun 1937, seorang pemuda bernama Sudirman berusia 21 tahun terpilih sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah cabang Banyumas sambil nyambi sebagai guru di Cilacap yang hobi menceritakan wayang ke anak didiknya. Enam tahun kemudian, pemuda tersebut bergabung sebagai laskar PETA dan diserahi tanggung jawab sebagai pemimpin batalyon di Banyumas. Pemuda ini nantinya akan terpilih sebagai panglima pertama angkatan bersenjata republik Indonesia, dan nantinya mendapatkan kehormatan sebagai seorang panglima besar.

Jauh sebelum Sudirman lahir dan menjadi seorang guru, ada kisah seorang kepala daerah yang peduli dengan kesejahteraan guru di wilayahnya.  Alkisah, Patih Banyumas, Raden Aria Wiriaatmadja menghadiri pesta salah seorang warganya. Sang patih penasaran, bagaimana bisa seorang guru mengadakan pesta yang sedemikian meriah. Barulah sang patih tau bahwa guru tersebut ternyata berhutang dengan jumlah yang cukup besar kepada rentenir.

Sadar bahwa sang guru tidak akan sanggup untuk melunasi hutang tersebut dengan penghasilan sehari-hari serta mendapati bahwa fenomena ini juga banyak terjadi, akhirnya sang patih mengeluarkan beleidnya di tahun 1895 yang menandai lahirnya Hulp en Spaar der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren (Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi). Lembaga inilah yang dikemudian hari menjadi Bank Rakyat Indonesia, salah satu bank tertua dan bertahan paling lama di Republik Indonesia.

Setahun sebelumnya, di tahun 1894 di wilayah yang sama, lahirlah seorang begawan ekonomi yang akan merubah wajah perbankan Indonesia di masa kemerdekaan. Dialah Margono Djojohadikusumo, yang lahir di Purwokerto, Banyumas. Margono merupakan anggota BPUPKI dan menjadi sosok yang mengusulkan berdirinya bank sentral ketika Indonesia merdeka. Akhirnya Bank Negara Indonesia didirikan di tahun 1946, dimana Margono menjadi direktur pertamanya. BNI menjalankan fungsi sebagai bank sentral pertama Indonesia yang menerbitkan mata uang hingga status diubah menjadi bank umum di tahun 1955. Hingga kini, BNI merupakan salah satu bank umum milik negara yang besar dan memiliki jaringan luas.

Margono sendiri melahirkan seorang putra yang nantinya mengikuti jejak beliau sebagai begawan ekonomi, Soemitro. Sayangnya, penerus Soemitro bukan begawan ekonomi, namun seorang pengusaha dan tentara yang dikenal sebagai Danjen Kopasus kedelapan, Prabowo Subianto.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun