Mohon tunggu...
Josua Gesima
Josua Gesima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2

Seorang yang berkecimpung dalam Teologi, Filsafat, Ekonomi, Ekologi, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Katanya Alkitab bagi Teologi Publik, tapi Nyatanya?

18 November 2022   10:14 Diperbarui: 18 November 2022   10:23 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alkitab dan Teologi Publik.
Alkitab masuk ke publik sebagai dialog dengan alkitab dengan konteks kita, karena alkitab berada di konteks mereka, jadi ketika kita mendialogkannya menjadi konteks kita.

Alkitab itu bisa dipakai diranah apapun, oleh siapapun, disituasi apapun. Teolog terbatas dalam perdebatan elit, mengenai bicara alkitab dan teologi adalah paraprasenya klaim atau otoritas untuk menguraikan sesuai dengan konteksnya, sejarah, dan sebagainya. Jadi alkitab dan teologi sebagai konsprin, teologi publik ingin mencoba mencari kaitan antara konteks jadi dimulai dari pengalam konkret konteks masyarakat dan bagaimana alkitab sebagai bagian dari tradisi Kristen sebagai jembatan masalah yang terjadi saat ini, jadi misalnya dalam amerika latin teologi publik di amerika latin tidak lagi berbicara siapa yang berotoritas mengajar alkitab, tetapi umat pun boleh membacanya dari perspektif dan pengalaman mereka.

Alkitab itu memang sangat mungkin untuk dibaca dalam kaitan nya diskusinya publik karena kontennya dan isinya berkaitan sekali dengan diskusi publik. Contohnya Israel berhadapan dengan bangsa-bangsa lain. Waktu kerajaan Daud dengan Absalom konteks kejayaannya mereka ada diatas, jadi sangat mungkin dibaca dalam konteks yang terjadi dalam teologi publik, jadi sangat mungkin dibaca dalam konteks teologi publik.

Bagaimana mestinya metodologi yang tepat pergumulan alkitab dengan teologi publik di tengah-tengah banyaknya kemungkinan-kemungkinan.

Kadang-kadang kecenderungan umat kristiani memandang narasi alkitab itu hanya tunggal. Di baca dari sisi kontemporer dan di baca dari sisi historis juga sama tidak ada pertentangan. Saat kita menggali sejarah kita takut sekali ada "tendensi elitis" hanya pakar-pakar yang bisa menafsir tetapi rakyat awan tidak, ketakutan saya dengan kontemporer ini, semua sebarang. Dilihat dari sisi historis alkitab tidak tunggal dari berbagai perspektif juga. Misalnya amsal yang positif dengan hikmat, korelasi dengan Tuhan dengan berkat, ayub atau pengkhotbah sebaliknya orang berhikmat juga akan mati. Orang Kristen memandang kalau kita berhikmat kita dapat berkat (hanya satu nerasi). Israel misalnya pembebasan tetapi ada beberapa ayat alkitab yang eksklusifistik gitu untuk Israel, ada narasi alkitab untuk memperbolehkan Israel kawin campur, dan ada narasi alkitab yang tidak memperbolehkan. Karena itu dilihat bahwa apa yang ada di Alkitab sangat berkorelasi apa yang ada di publik.

Empire, alkitab itu sebagai sarana dialog, kita bisa kritik alkitab misalnya ada feminis yang tertekan kita bisa mengkritik Alkitab pake konteks kita.
Teologi Publik temanya berdasarkan Alkitab, orang-orang menonite yang berbicara teks-teks kekerasan goliath, dimana Allah ketika Goliat dibunuh? 

Di konteks kita berani berdialog diluar konteks-konteks kita itu. Suatu peristiwa terjadi langsung terjadi, tetapi kita melihat penulisan peristiwa teks itu panjang sekali, dan pasti itu uda lewat proses refleksi, revisi. Ini loh bicara tentang konteks itu sehingga pembaca ini loh membaca teks itu, yang mengerejutkan teks itu kan pembuangan kan, peredaksian teks itu kan selesai pasca pembuangan. Narasi di dalam Alkitab itu ada problemmasi tidak sama, kalau kita hidup dalam masalah bagaimana kita berteologi publik, bisa kemana saja mungkin membuka kemungkinan yang lain, belum lagi soal konteks. Konteks ini menuntut kita kea rah bermacam arah, bagaimana kita mengkritisi agar masuk dalam teologi publik, sesuai dengan problem kita, sesuai konteks membuat masalah bukan untuk menjawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun