Mohon tunggu...
Joseph Imanuel Setiawan
Joseph Imanuel Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Joseph IS

Cerdas adalah mengenal diri dan menjadi dewasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Demokrasi, Paham Keseimbangan Berpendapat dan Mendengar

26 Februari 2021   18:10 Diperbarui: 26 Februari 2021   20:02 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada satu kata yang akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan dan menjadi isu yang banyak dipertanyakan keberadaannya. Khususnya di bidang politik yang sedikit memanas di beberapa tahun ke belakang semenjak pemilu tahun 2014 dan disempurnakan di lima tahun kemudian. 

Banyak yang berpendapat dan mengklaim bahwa demokrasi Indonesia sekarang tidak ada di kondisi ideal. Padahal jika dilihat ada sangat suara dan opini sampai banyaknya filosofi yang berkembang di media sosial. Tentang apapun itu, semua bidang sangat terbuka dan transparan karena semua konten terpampang dan terpajang secara nyata di media sosial.

Namun, karena kehadiran media sosial yang juga mengakibatkan membanjirnya opini masyarakat, hal ini juga yang membuat demokrasi eksis, tapi juga tak terarah. Dalam hal ini juga pemerintah bermaksud untuk menertibkan media satu ini, namun menjadi kontroversial karena adanya kecurigaan pembatasan demokrasi dan mengeluarkan pendapat.

Tentu saja mengingat kata demokrasi akan membawa saya ke masa sekolah. Dulu perkara yang tak cukup mudah untuk menghapalkan ini. membedakan antara bentuk negara, dasar negara, ideologi negara dan bentuk pemerintahan. Mungkin ada yang mengalami hal yang sama dengan saya.

Setelah mempelajarinya dengan benar barulah saya mengerti. Bahwa Indonesia memilih demokrasi sebagai bentuk pemerintahannya. Namun berbeda dengan negara-negara lain yang menganut demokrasi, dalam pelajaran PKn/PPKn, disebutkan Indonesia mempunyai kekhasannya sendiri dengan menambahkan kartu As nya, yaitu Pancasila. Pancasila sendiri sebelumnya sudah disetujui secara nasional sebagai falsafah bangsa.

Tapi sayangnya, sekolah yang menjadi media untuk mengajarkan dan mensosialisasikan serta menanamkan nilai-nilai demokrasi pancasila itu sendiri, belum terlalu sukses menerapkan demokrasi. Dari dulu sampai sekarang, walaupun sudah banyak perubahan di sana-sini dan berbagai macam perbaikan, demokrasi yang menjadi nyawa bangsa ini belum pula diterapkan secara baik.

Pembelajaran yang masih cenderung satu arah, membuat murid memiliki sedikit ruang untuk berekspresi dan berpendapat. Kadang ada tugas untuk berpresentasi di depan kelas, kadang cara ini pun cukup berhasil untuk seorang murid mengungkapkan isi pikirannya.

Tapi kadang juga mereka yang tak terbiasa berpendapat tak tahu bagaimana caranya berpresentasi yang baik, mereka hanya puas dengan membacakan hasil pemikiran temannya ataupun hasil searching dari internet.

Tidak biasa mengungkapkan pendapat itulah yang berdampak pada masyarakat. Yang tadinya serba sulit, beberapa tahun kebelakang ini, semua hal dapat dilakukan dengan lebih mudah. Media sosial salah satunya. Melalui sosial media seorang dengan mudahnya mengakses informasi dari berbagai sumber dan mulai mencoba untuk berpendapat tentang sesuatu.

Tapi karena pada dasarnya masyarakat yang tak terbiasa berpendappat dan tak juga diajarkan cara berpendapat dengan baik, itulah yang terjadi di media sosial saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun