Mohon tunggu...
Joseph Praba
Joseph Praba Mohon Tunggu... profesional -

Joseph Praba, Tinggal di Dusun Pete RT 02/RW 25,Desa Margodadi, Seyegan, Kab. Sleman, DI Yogyakarta. Aktif dijagat seni sebagai seniman pertunjukkan, instalasi, perupa dan juga aktif di pendampingan anak-anak. Email: joseph.praba54@gmail.com HP: 085868527859

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahasa Simbol dan Kekuasaan

11 Desember 2011   07:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:32 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam hubungan komunikasi terdapat kaitan antara pengirim pesan atau pembicara( sender) dan penerima pesan ( receiver), yang berdasar atas tulisan dan pembacaan pesan kode, memperlihatkan hubungan kekuasaan simbolik antara produsen yang memiliki modal linguistic dankonsumen yang memperoleh keuntungan material atausimbolik tertentu. Ada pendapat ahli: Bourdieu, pesan berupa wacana/kode bukan hanya diterima sebagai kumpulan tanda yang harus dipahami. Wacana sebagai kumpulan tanda-tanda juga merupakan tanda kesejahteraan (signs of wealth) yang perlu dinilai dan di apresiasi, juga merupakan penunjuk dirinya sebagai tanda otoritas( signs of authority) yang harus diyakini dan dipatuhi.

Bourdieu memperlihatkan bahwa bahasa/wacana merupakan bagian dari aktivitas dimana sebagian orang mendominasi yang lain. Sepertihalnyapelaku social yang memiliki modal finansial yang besar mampu mengontrol mereka yang tidak memiliki, begitupun pelaku social yang mampu mengakulmulasi modal linguistiknya. Karenaitu, bahasa/wacana berperan penting untuk mendefinisikan suatu kelompok, memberi otoritas bagi pelaku social serta menghadirkan kekuasaan untuk berbicara atas nama kelompok itu. Otoritas untuk dipercayai dan dipatuhi menjadi tujuan dari setiap pelaku social dalam kaitannya dengan kekuasaan simbolik.

Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa pertautan kekuasaan dan kekerasan semakin kompleks.Kondisi ini didukung oleh fakta social yang mengalam iperubahan terus-menerus akibat globalisasi ekonomi pasar dan teknologi informasi yang terjadi di abad 21 ini.Arus globalisasi tidak hanya menandai kaburnya batas-batas Negara, melainkan praktik kekuasaan dan kekerasan.Jika sebelumnya Negara menjadi gugus institusi sentra ldalam penggunaan kekuasaan dan kekerasan untuk mengendalikan masyarakat ,maka dalam konteks masyarakat global saatini Negara tidak lagi menempatkan posisi sentral.

Fenomena yang menarik dewasa ini ialah munculnya pusat-pusa tkekuasaan - kekerasan disamping Negara, sepertl lembaga ilmu pengetahuan yang berfungsisebagai " think-thank" perubahan, institusi - institusi bisnis,organisasi masyarakat sipil, danseterusnya. Perubahan ini memperlihatkan pola-pola baru penggunaan kekuasaan dan kekerasan untuk mengendalikan masyarakat, selaras dengan majemuknya kehidupan ekonomi,social,budaya, danpolitik. Strategi, taktik, dan tehnik yang digunakan pun semakinhebat ,sehingga pola kekuasaan di bangun seolah-seolah lepas dar ikekerasan atau sebaliknya.

Selanjutnya, relasi kekuasaan dan kekerasan menjadi tidak kentara dalam artian kekerasan yang tertutupi oleh kekuasaan yang berkerja secara halus melalui representasi symbol- symbol.Polabaru yang menandai relasi k ekuasaan dan kekerasan melalui sistim representasi symbol mengharuskan adanya pergeseran pemahaman mengenai keduanya, baikkekuasaan maupun kekerasan.

Bangunan baru kekuasaan dan kekerasan yang telah bermetamoforsa tersebut tidak lagi terobses ipada narasi-narasi besar, melainkan menjelma dalam Pratik simbolis yang dekat kita.Pola peralihan tersebut selaras dengan kecenderungan " pembalikan kearah bahasa" ( linguistic turn)/ Borgman, 1974:37. Juga tokoh yang memberikan perspekstif baru tentang kekuasaan dan kekerasan, Pierre Bourdieu yang mengatakan, modus operandi kekuasaan yang terpatri di dalam praktik simbolik bahasa/wacana sehingga melahirkan kekerasan simbolik sebagai sebuah mekanisme social untuk meresproduksi kekuasaan.

Kekuasaan simbolis, bagi Bourdieu, dalam mengoptimalisasikan kekuasaan sangat tergantung pada dua hal( Bourdieu, 1991: 170). Pertama, halnya wacana performatif, kekuasaan simbolis, didasarkan pada kepemilikan modal simbolis (symbolic capital) .semakin besar seseorang atau suatu kelompok memiliki modal simbolis, semakin besar peluangnya untuk menang. Artinya modal simbolis merupakan kredit bagi terbentuknya otoritas social yang diperoleh dari pertarungan sebelumnya . kedua, bergantung pada efektifitas symbol dimana strategi ivestasi simbolis bekerja. Effektifit sin ibekerja atas dasar pandangan yang ditawarkan atau sejauh manas trategi inventasi simblis dijalankan .dalam pandangan ini , kekuasaan simboli smerupakan kekuasaan pentahbisan , sebuah kekuasaan untk menyembunyikan atau menampakan sesuatu lewat kata-kata.

Mekanisme kekerasan simbolis bekerja secara effektif ketika yang didominasi merasakan ketahuan sekaligus mengakuinya.Karena itu menurut Bourdieu,kekerasan symbol beroperasi melalui prinsip symbol yang diketahui dan dikenal ioleh keduabelah pihak, yaitu yang didominasi dan yang mendominasi. Entah itu bahasa gaya hidup, caraberpikir, caraberbicara, bahkan cara bertindak sekalipun...(2001:2)

Lebih gamblangnya, kekerasan simbolis selalu megandaikan bahasa sebagai alat efektif ntuk melakukan "dominasi terselubung" . karena bahasa sebagai simbolis tidak saja dipakai sebagai alatkomunikasi , tapi juga berperan sebagai instrument kekuasaan dengan memanfaatkan mekanisme kekerasan simbolis. Yang selalu perlu kita waspadai :untuk selalu curiga terhadap bahasa, konsep, wacana, tanda, dengan ataupun symbol pula lah dunia ini di tafsirkan , dinamakan dan di definisikan untuk menggirin gkelas sub-dominan kepada pengakuan serta penerimaan terhadap pandangan dunia mereka yang bermodal besar. Pandangan ini sudah terbukti dengan jelas dimulai jamannya orde lama, ordebaru, sampai orde reformasi.Tahun 2014, perlu sangat-sangat hati-hati.Banyak kucing liar dimasukkan karung.

Jogya, 11 des, 2011

Joseph praba

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun