Pendahuluan
Kuliah tamu yang disampaikan oleh Bapak Dwi Asmono, Ph.D., Direktur PT Sampoerna Agro Tbk, membahas penerapan Smart Farming dalam mendukung agroindustri berkelanjutan. PT Sampoerna Agro Tbk merupakan perusahaan terbuka yang bergerak di bidang perkebunan dan pemrosesan kelapa sawit, dengan diversifikasi produk lain seperti sagu dan karet. Namun, fokus utama perusahaan tetap pada kelapa sawit sebagai komoditas unggulan nasional.
Transformasi Pertanian Menuju Smart Farming
Sektor pertanian mengalami evolusi yang signifikan, beralih dari metode tradisional menuju sistem modern berbasis teknologi. Transformasi ini menjadikan pertanian tidak sekadar bercocok tanam, tetapi juga menekankan aspek efisiensi, keberlanjutan, dan daya saing global.
Indikator utama dalam pertanian modern meliputi sustainability (keberlanjutan), efficiency (efisiensi), dan global competitiveness (daya saing global). Banyak startup pertanian mulai berkembang sejak tahun 2000-an, seperti Sayurbox, eFishery, PALMCO Energy, dan Corteva Agriscience. Startup ini membuktikan bahwa integrasi teknologi dan pertanian mampu menciptakan nilai ekonomi yang besar.
Tren Investasi dan Tantangan Startup Pertanian
Investasi pada startup pertanian mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, investasi mencapai $3,24 miliar, kemudian menurun menjadi $1,3 miliar pada tahun 2023, dan lebih lanjut menjadi $323 juta pada tahun 2024. Kontribusi startup pertanian terhadap pendapatan juga mengalami penurunan, dari $377,6 juta pada tahun 2022, menjadi $200 juta pada tahun 2023, dan akhirnya $33,2 juta pada tahun 2024.
Jika dilihat dari sisi lain investasi pada starup pertanian bisa dikatakan investasi cukup menjanjikan, namun itu harus dibarengi dengan strategi yang baik dan analisis serta pemahaman yang tajam mengenai bidang pertanian serta integrasinya dengan teknologi. Tidak semua startup bertahan. Contohnya adalah TaniHub, sebuah platform investasi pertanian yang mengalami kegagalan akibat kesalahan strategi dan kurangnya pendekatan kepada petani. Hal ini menunjukkan pentingnya manajemen risiko dan perencanaan yang matang dalam sektor pertanian berbasis teknologi.
Empat Pilar Penerapan Smart Farming Berkelanjutan
Dalam implementasi Smart Farming, terdapat empat aspek utama yang harus diperhatikan. Pertama, Key Business Strategy, yaitu strategi bisnis utama yang memastikan keberlanjutan usaha. Kedua, Role of Human Capital, yang menekankan pengelolaan sumber daya manusia yang efektif. Ketiga, Smart Farming, yang melibatkan pemanfaatan teknologi dalam pertanian. Keempat, Future Outlooks, yang berkaitan dengan proyeksi dan inovasi untuk masa depan.
Analisis Eksternal dan Teknologi dalam Smart Farming
Dalam pengembangan industri kelapa sawit, diperlukan analisis eksternal yang mencakup enam aspek utama, yaitu lingkungan, hukum dan regulasi, teknologi, sosial, ekonomi, dan politik. PT Sampoerna Agro Tbk memiliki 130.000 hektare lahan sawit, dengan setiap tenaga kerja bertanggung jawab atas 5 juta bibit sawit.
Untuk meningkatkan efisiensi, perusahaan menerapkan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Robotika, dan Blockchain sebagai inovasi utama dalam pertanian. Pemanfaatan teknologi ini memungkinkan peningkatan produktivitas dan pengelolaan lahan yang lebih efektif.
Efisiensi Biaya dan Inovasi Teknologi
Efisiensi biaya (cost efficiency) menjadi faktor penting dalam keberlanjutan bisnis. Misalnya, dalam pengelolaan 1 hektare lahan sawit, penggunaan tenaga kerja manusia yang terlalu banyak dapat meningkatkan biaya operasional dan memperlambat produksi. Oleh karena itu, integrasi teknologi seperti drone sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Sebagai contoh inovasi, pesawat Garuda Indonesia kini mulai menggunakan biomassa dari kelapa sawit sebagai bahan bakar, yang menunjukkan pentingnya kolaborasi antara industri perkebunan dan sektor lainnya. Inovasi seperti ini membuktikan bahwa pengembangan teknologi dapat membawa perubahan besar dalam industri pertanian.
Kolaborasi dan Kemitraan Strategis
Kolaborasi dan kemitraan strategis (collaboration and strategic partnership) menjadi elemen penting dalam industri pertanian modern. Sebagai contoh, dalam industri kelapa sawit, Indonesia dan Malaysia memiliki pendekatan yang berbeda dalam investasi. Malaysia mengalokasikan 200 miliar untuk pengembangan satu pemetaan genom, sedangkan Indonesia menggunakan jumlah investasi yang sama tetapi fokus hanya pada kelapa sawit. Hal ini menunjukkan pentingnya strategi investasi yang efektif dalam meningkatkan daya saing industri pertanian di tingkat global.
Diferensiasi Pasar dan Branding
Diferensiasi pasar dan branding merupakan aspek penting dalam menjamin keberlanjutan produk pertanian di pasar global. Sebuah produk yang muncul dari sebuah ide akan menghadapi persaingan yang tinggi, sehingga perlu memiliki partner industri yang kuat untuk memperoleh pasar. Kolaborasi menjadi faktor kunci dalam memenangkan persaingan, di mana di balik setiap kompetisi harus ada elemen kerja sama strategis. Hal ini mengacu pada konsep collaboration and strategic partnership, di mana kemitraan yang tepat dapat meningkatkan penetrasi pasar dan memperkuat daya saing produk.
Strategi Keuangan dan Investasi
Dalam industri pertanian, memahami latar belakang pertanian dan agribisnis menjadi faktor utama dalam membangun strategi keuangan dan investasi yang sukses. Calon pelaku usaha dapat memilih untuk mencari pendanaan atau menjadi pendana, dengan belajar dari kasus kegagalan TaniHub. Kesalahan strategi dan kurangnya pendekatan kepada petani menjadi pelajaran penting dalam mengembangkan investasi di sektor ini.
Sumber Daya Manusia dalam Industri 4.0
Dalam era Industri 4.0, keberhasilan Smart Farming sangat bergantung pada sumber daya manusia yang berkualitas tinggi (high human capital). Investasi dalam pengembangan tenaga kerja menjadi krusial agar sektor pertanian mampu bersaing di pasar global. Sebagai contoh, pengembangan produk sagu masih menghadapi tantangan besar akibat kurangnya sumber daya manusia yang ahli di bidang tersebut. Akibatnya, sagu belum memiliki daya saing tinggi dibandingkan komoditas lainnya di pasar internasional.
Kesimpulan
Teknologi memainkan peran penting dalam transformasi pertanian menuju smart farming yang berkelanjutan. Dengan menerapkan strategi bisnis yang tepat, memanfaatkan teknologi, dan membangun kemitraan yang kuat, pertanian dapat berkembang menjadi sektor yang lebih efisien dan kompetitif secara global.
Seperti yang dikatakan oleh Jensen Huang, CEO NVIDIA:
"AI tidak akan mengambil pekerjaan Anda, tetapi seseorang yang tahu cara menggunakan AI yang akan mengambil pekerjaan Anda."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI