Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Kembali Peran Ayah sebagai Busur Panah bagi Anak

21 Juni 2020   16:29 Diperbarui: 21 Juni 2020   19:00 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cita-cita itu telah ditetapkan oleh Sang Pemanah itu. Tuhan telah menetapkan rancangan masa depan bagi setiap anak-anak kita. Tugas kita sebagai seorang ayah adalah mempersiapkan dan membimbing mereka, bukan memaksakan kehendak.

Seorang ayah harus membimbing anak-anak untuk mengenal Tuhan yang empunya hidup dan cita-cita mereka. Suatu saat, akan ada masanya anak-anak akan berpisah dengan kita ayahnya. Namun, mengenalkan Tuhan kepada anak-anak, akan meyakinkan kita bahwa mereka telah aman karena telah mengenal Ayah yang Abadi dan Penolong Sejati bagi mereka.

Namun, tugas ini tidak mungkin bisa kita lakukan, jika sebagai seorang ayah kita tidak memiliki pengenalan yang baik pada Tuhan, yang juga empunya hidup kita dan seluruh ciptaan lainnya di muka bumi ini.

Maka tepatlah seperti nasehat kuno yang saya tuliskan di awal tadi, betapa beruntungnya anak-anak yang mempunyai ayah yang baik dan hidup lurus. Karena seorang ayah yang baik dan hidupnya lurus di hadapan Tuhan, akan dapat mengantarkan anak-anaknya pada Tuhan, mengajarkan bagaimana bergantung hidup sepenuhnya hanya pada Tuhan dan mengantarkan mereka terbang melesat sesuai dengan kehendak Tuhan.

Selamat Hari Ayah!

Semoga kita dapat menghayati peran kita sebagai busur bagi anak-anak kita. Menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk dipakai oleh Tuhan Sang Pemanah, untuk melesatkan anak-anak Panah kepunyaanNya sesuai dengan kehendakNya.

Terinspirasi dari Buku "3D of Parenting" (Ichwan S. Chahyadi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun