Mohon tunggu...
Joromualdes
Joromualdes Mohon Tunggu... Guru - An educator

Johanes Romualdes, B.Sc., S.Pd. Bachelor of Education from the University of Pelita Harapan (UPH). Bachelor of Science from Corban University, USA. Been teaching students for nearly 8 years. A grade-level supervisor for 4 years.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menciptakan Lulusan Sekolah yang Bijaksana

19 Juli 2020   02:09 Diperbarui: 19 Juli 2020   02:08 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa minggu yang lalu, saat saya sedang asyik berlancar di dunia Twitter, saya menemukan satu cuplikan video yang menarik perhatian saya. Dalam video tersebut, seorang reporter wanita sedang meliput berita tentang kegiatan demonstrasi di salah satu kawasan di bilangan Jakarta. Uniknya, banyak anak-anak yang masih dalam usia sekolah menghadiri demonstrasi tersebut. 

Sang reporter pun menghampiri beberapa orang dewasa dan pemuda yang berada pada baris belakang dari kerumunan demonstran, menanyakan definis dari istilah yang para demonstran sedang teriakkan dalam demonstrasi tersebut. 

Sungguh aneh, hanya satu orang dari beberapa yang mampu menjawab definisi dari istilah tersebut dengan benar. Lainnya meminta si reporter untuk menanyakan pertanyaan tersebut kepada demonstran yang ada dibaris paling depan. 

Dibalik apresiasi yang bisa saya sampaikan atas perjuangan mereka dalam menjalankan salah satu haknya sebagai warna negara, dapat pula disimpulkan bahwa mereka yang tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh sang reporter, hanyalah segelintir orang-orang yg perannya hanya untuk meramaikan massa tanpa memahami intisari dari kritik yang mereka utarakan kepada pemerintah. Saya pun tergelitik untuk melihat kejadian ini dari sudut pandang dunia pendidikan.

Saya setuju dengan pendapat para ahli pendidikan yang berargumen bahwa sejatinya, sekolah harus mampu mencetak lulusan yang menjadi problem solver bagi komunitas mereka. 

Dalam video tersebut, demonstran sedang berjuang untuk memecahkan masalah yang mereka amati di negara ini. Mereka sedang menjalankan peran mereka sebagai problem solver. Namun amat disayangkan, tidak semuanya mendalami peran itu dengan sungguh-sungguh. Lalu, apa yang salah?

Inquiry Learning, satu metode belajar yang saya pernah terapkan di kelas selama 3 tahun, terdiri dari beberapa langkah yang harus dikerjakan oleh siswa dalam satu unit pembelajaran.

Adapun salah satu langkah yang harus dikerjakan ialah taking action atau melakukan suatu tindakan perihal topik yang sedang mereka pelajari. Selaku guru, saya ditugaskan untuk menumbuhkan critical thinking dan  problem-solving skill sepanjang penerapan kegiatan inquiry learning ini. 

Secara tidak langsung, kegiatan ini mengajarkan siswa pada satu prinsip kehidupan dimana mereka nantinya ditantang untuk bisa berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar sesuai kualifikasi yang mereka miliki. 

Namun, langkah untuk mengambil suatu tindakan dalam metode ini hanya dapat dilakukan siswa setelah mereka mencari tahu segala informasi mengenai topik pembelajaran atau permasalahan yang sedang mereka pecahkan. 

Tidak hanya itu, mereka juga diminta untuk menyaring semua informasi yang sudah terkumpul itu untuk memilah mana saja yang dapat membantu mereka dalam menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang ada, berkaitan dengan topik pelajaran yang sedang mereka dalami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun