Di ujung September 2025, teriakan semangat, dentuman musik, dan sorak-sorai membahana di lapangan Kanisius. CC Cup XL resmi dimulai, menghadirkan sebuah perhelatan yang lebih dari sekadar pertandingan. Ratusan sekolah, ratusan panitia, dan ribuan mimpi bertemu dalam satu ruang besar yang membakar energi kebersamaan. Inilah panggung tempat anak muda belajar berjuang, tumbuh bersama, dan menemukan arti sejati dari sportivitas serta persaudaraan
Kegiatan CC Cup XL 2025 resmi dimulai di penghujung bulan September. Sejak matahari pagi menyinari halaman sekolah hingga malam menjelang, hiruk pikuk pertandingan dan kesibukan panitia menciptakan suasana yang meriah setiap harinya. Suara teriakan semangat dari para penonton bercampur dengan bunyi peluit wasit dan sorakan tim pendukung yang tak pernah lelah. Lebih dari 200 sekolah ikut ambil bagian, didukung oleh lebih dari 500 panitia yang bekerja di balik layar. Angka itu sendiri sudah terasa besar, tetapi yang lebih mengesankan adalah bagaimana semua orang yang hadir, dari pemain hingga penonton, dari pendamping hingga pihak keamanan, larut dalam satu irama yang sama. Turnamen ini bukan hanya tentang olahraga, tetapi tentang bagaimana ribuan orang bisa bergerak sejalan, meski datang dari latar yang berbeda-beda.
Di balik meriahnya lapangan, ada pula cerita kecil yang tak terlihat dari tribun penonton. Panitia yang masih duduk di bangku SMP, misalnya, belajar banyak dari kakak-kakak SMA yang sudah lebih berpengalaman. Ada yang baru pertama kali memegang pengeras suara untuk memberi pengumuman, ada pula yang harus mengatur logistik dengan penuh kesabaran. Sebaliknya, para panitia SMA belajar untuk menahan diri, memberi ruang, dan menuntun adik-adik mereka dengan sabar. Dari percakapan sederhana di ruang panitia hingga kerja sama singkat di tengah padatnya jadwal, tumbuhlah ikatan yang terasa hangat. Rasa kebersamaan itu sering tidak terlihat oleh banyak orang, tetapi bagi mereka yang menjalaninya, setiap momen itu adalah pengalaman yang berharga.
Sebaliknya, para panitia SMA belajar untuk menahan diri, memberi ruang, dan menuntun adik-adik mereka dengan sabar.
Pertandingan-pertandingan berlangsung dengan sengit. Ada tim yang berjuang mati-matian meski tahu mereka kalah kelas, ada pula tim besar yang justru tertekan karena ekspektasi begitu tinggi. Namun yang membuat penonton bertepuk tangan bukan hanya kemenangan, melainkan sikap pemain di lapangan. Saat ada pemain yang jatuh lalu ditolong lawannya, saat kapten tim menenangkan rekannya yang kecewa, atau ketika penonton dua sekolah yang berbeda bisa duduk berdampingan dan sama-sama bersorak untuk permainan yang indah di situlah nilai yang lebih dalam muncul. Nilai yang tidak tercatat di papan skor, tetapi tersimpan di hati mereka yang menyaksikannya.
Bagi banyak peserta, mungkin yang paling berkesan bukanlah hasil akhirnya, melainkan perjalanan yang mereka tempuh. Ada peluh, ada lelah, ada ketegangan, tetapi semua itu terbayar dengan pengalaman yang membentuk. Pertandingan ini seakan menjadi cermin kecil dari kehidupan, di mana kemenangan dan kekalahan berjalan berdampingan, dan yang terpenting adalah bagaimana kita menjalaninya dengan lapang dada. Semangat sportivitas, rasa saling menghargai, dan keberanian menerima kenyataan menjadi pelajaran diam-diam yang dibawa pulang setiap orang.
Di sela kesibukan, ada juga ruang-ruang kecil yang memperlihatkan sisi lain dari CC Cup. Seorang panitia yang menenangkan peserta SMP yang gugup sebelum tampil, sekelompok penonton yang berbagi minuman dengan lawan pendukung, atau bahkan kepolisian yang tersenyum ramah sambil menjaga ketertiban di luar arena. Hal-hal sederhana itu barangkali tidak masuk dalam laporan resmi acara, tetapi justru di situlah wajah asli CC Cup terlihat sebuah ruang di mana orang bisa belajar tanpa harus diberi tahu secara langsung.
Hal-hal sederhana itu barangkali tidak masuk dalam laporan resmi acara, tetapi justru di situlah wajah asli CC Cup terlihat sebuah ruang di mana orang bisa belajar tanpa harus diberi tahu secara langsung.
Dan akhirnya, setelah semua pertandingan selesai, tibalah saat yang paling ditunggu: penutupan. Malam itu, halaman sekolah berubah layaknya sebuah festival. Lampu-lampu gemerlap menghiasi panggung besar, musik menggema, dan suasana berubah menjadi lautan sukacita. Panitia mengemas acara penutupan bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah perayaan bersama. Tarian, musik, dan hiburan dari siswa sendiri membuka malam dengan penuh warna. Sorak sorai memuncak ketika artis ternama, Bernaya dan Changchuters, tampil membawakan lagu-lagu andalan mereka. Suasana riuh, para penonton bernyanyi bersama, dan rasa lelah yang menumpuk selama berminggu-minggu mendadak menghilang. Penutupan itu menjadi simbol bahwa CC Cup bukan hanya perjalanan penuh persaingan, tetapi juga pesta kebersamaan yang menutup segalanya dengan indah.
"Bersatu adalah sebuah awal, tetap bersama adalah kemajuan, dan bekerja bersama adalah kesuksesan." -- Henry Ford