Agenda tahunan yang bisa memotivasi murid untuk menerapkan kebiasaan anak Indonesia hebat, yaitu beribadah. Tak lain dan tak bukan, kegiatan seleksi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) untuk para pelajar SD dan SMP.
Seleksi MTQ sudah bertahun-tahun menjadi ajang yang sangat berkesan bagi murid-murid. Berbagai cabang lomba dikompetisikan dan mendorong para murid untuk selalu berpegang pada ajaran agama dalam keseharian.
Memori MTQ Masa Kecil
Sekitar tahun 1988-1989, saat masih kelas I, saya sudah diikutkan lomba MTQ untuk cabang tilawah. Saya ingat betul, waktu itu semua peserta lomba cabang tilawah dari tingkat SD sampai SMA atau sederajat lomba di Masjid Al Ikhlas, masjid di ibukota kecamatan.
Banyak sekali pesertanya. Saya hanya bermodal bisa seni baca Al Quran sebisanya. Alhamdulillah untuk lomba tingkat kecamatan, bisa meraih juara dalam pelaksanaan lomba beberapa tahun, meski setiap kali maju ke tingkat kabupaten, sering tidak mendapatkan nomor.
Menginjak usia SMP, saya masih diikutkan lomba serupa. Guru Agama yang mengajar di SMP kebetulan memang hafal dengan saya, sehingga ditunjuk untuk mewakili sekolah. Tahun ke-dua atau ke-tiga, barulah saya diikutkan dalam seleksi cabang MSQ, lomba pidato beregu.
Lomba MSQ ini pesertanya beregu. Dalam satu regu ada tiga orang, satu orang membaca hadits atau ayat Alquran (dalil-dalil), satu orang menerjemahkannya dan satu lagi menguraikan materi sesuai tema.
Masuk SMA, meski bukan termasuk murid istimewa, saya mengikuti seleksi tilawatil Quran di sekolah. Lagi-lagi, alhamdulillah saya mewakili lomba. Meski, lagi-lagi gagal mendapatkan kejuaraan.
Hikmah dari Lomba MTQ