Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Urusan Makan dan Sayang Keluarga

19 Juni 2020   12:51 Diperbarui: 19 Juni 2020   12:47 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kumparan.com

Menjadi seorang ibu pastinya memiliki banyak peran dan fungsi. Multitasking. Dalam satu waktu bisa mengerjakan ini-itu meski tak maksimal hasilnya.

Suara merdu sering keluar dari bibir di sela mengerjakan beberapa aktivitas. Sekadar agar dimengerti pasangannya. Meski akhirnya kurang dimengerti juga. 

"Rame, Bu..." 

Hihiii... diamlah saya kalau sudah dikomentari seperti itu. Agak jengkel tapi pekerjaan tetap jalan terus. Lelah? Pasti dirasakan. Namun semua dihalau dulu demi masakan tersaji di meja makan, pakaian dijemur biar lekas kering, menyapu, mengepel, dan seterusnya.

Saking banyaknya pekerjaan yang dilakoni terkadang urusan makan harus mengalah demi anak dan suami. Terkadang saya tidak menyadari kalau nasi di magic com menipis. Maklum selama belajar di rumah, penghuni rumah jadi sering makan. Hihiii...

Dalam kondisi seperti itu sudah pasti prioritas utama yang makan ya anak. Bisa rewel dan marah kalau anak lapar. Bahayanya kalau anak nekat jajan dalam kondisi pandemi seperti ini. Jadi biar mencegah anak jajan sembarangan, anak harus kenyang dulu.

Setelah anak kenyang, prioritas kedua adalah suami. Ya meski ada teman yang berkebalikan. Suami mengalah untuk urusan makan. Jika persediaan nasi tinggal sedikit, sang isterilah yang makan dulu.

Tak ada yang bisa menilai sikap yang salah itu pada kasus saya atau teman saya. Semua ada pilihan sendiri-sendiri, termasuk alasannya. Kita tidak boleh menghakiminya.

Saya sendiri merasa lebih baik jika suami harus diprioritaskan untuk makan karena memang dia kerjanya cukup jauh. Waktu tempuh 20 menitan dengan kecepatan tinggi.  Setiap hari pulang pergi. Bahkan masa pandemi pun tetap menerobos jalan untuk ke kantor.

Ya untuk menjaga kesehatan suami sekaligus bisa lebih disayangi suami. Kenapa begitu? Dengan melihat saya makan paling akhir di rumah, suami bisa lebih memperhatikan saya. 

Paling tidak, dia bertanya, "Sudah makan apa belum, Bu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun