Merokok. Sebuah kebiasaan yang umumnya dilakukan oleh kaum Adam. Meski ada pula kaum Hawa yang nyleneh, merokok juga.
Ketika saya masih kuliah dulu, sampai sekarang, Â benar- benar tak menyukai lelaki yang senang merokok. Seorang sepupu saya meledek, "Jangan terlalu anti kayak gitu. Biasanya orang yang anti begitu, akhirnya dapat jodoh perokok..."
Dalam hati, saya berdoa semoga tak terjadi. Ternyata tiga tahun setelah lulus kuliah, saya didekatkan dan berjodoh dengan lelaki yang senang merokok.Â
Dalam perjalanannya, suami sempat berhenti merokok. Tapi kambuh lagi. Sampai saat ini masih rajin membeli rokok. Kalaupun tak membeli rokok, teman- teman kerjanya sering membelikan rokok karena suami saya menginput dapodik. Input dapodik bisa menentukan terbit tidaknya SKTP. Kalau SKTP terbit maka tunjangan sertifikasi akan cair.Â
Anak mengingatkan bapaknya
"Ibu... adik main rokok..." lapor si sulung. Si bungsu terlihat mengeluarkan sebatang rokok dari wadahnya.
"Sudah. Biarkan. Biar dipatah- patahkan rokoknya..." jawab saya. Sementara suami segera menyuruh si sulung mengambil dan menyimpan rokok di tempat yang aman.
Pengalaman anak bermain dan mematahkan rokok bapaknya tak hanya dilakukan si bungsu. Ketika anak pertama dan kedua masih balita juga melakukan hal yang sama.
Setelah bersekolah, si sulung sering mengingatkan bapaknya agar tidak merokok lagi.Â
"Nanti lehernya bisa bolong, pak. Jangan merokok..."
Hanya dijawab iya, tapi belum berhenti juga sampai saat ini. Jangan tanya, saya menasehati suami atau tidak. Sudah pasti saya cerewet sekali.