Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jalan "Nyeker", Apa Enggak Sakit Kakinya?

18 September 2019   11:18 Diperbarui: 18 September 2019   20:59 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dok. Pribadi

Hampir setiap hari, saya sebagai ibu yang memiliki anak balita, momong anak. Usianya 2 tahun 9 bulan. Dia adalah anak bungsu saya. Lagi senang- senangnya mengeksplorasi dirinya. Jalan terus. Nyaris tak ada berhentinya. Kecuali kalau si bungsu mau minum susu atau tidur.

Masa-masa baru senang jalan, malah sering jalan di larik atau parit. Was-was dan senam jantung juga kalau jalan di pematang larik (parit). Dinasehati untuk hati-hati, malah dia tersenyum girang.

Jalan di pematang parit. Dokpri
Jalan di pematang parit. Dokpri
Kalau lelah jalan di pematang larik (parit), si bungsu jalan di jalan kampung. Pastinya ada jalan yang rusak meski baru saja di sebelah selatan rumah dibangun cor-coran.

Ketika berjalan, si bungsu lebih sering tak mengenakan sandal, sepatu atau alas kaki. Nyeker, orang Jawa bilang. Tetangga saya sering mengingatkan atau bertanya, "Kenapa putranya nyeker, bu? Kasihan. Kakinya bisa sakit..."

Pertanyaan atau komentar seperti itu tak hanya sekali saya dengar. Saya hanya tersenyum. Mungkin bagi tetangga, saya termasuk ibu yang "asal" atau "sembrono" ketika momong. Hahaaa.

Tak apa. Di balik "asal" atau "sembrono" momong itu, ada manfaat banyak jalan nyeker tadi. Saya tetap mengawasi si bungsu. Dia juga tak mau kalau berjalan di tanah tegalan, yang biasanya banyak "tunggak" atau sisa batang kedelai, jagung dan sebagainya.

Prinsipnya, jalan nyeker itu menyehatkan kok. Semasa hamil, kalau jalan- jalan saya lebih senang nyeker saja. Di telapak kaki rasanya sakit pada awalnya, tetapi lama kelamaan malah nyaman.

Dengan nyeker, maka bisa mencegah tulang keropos atau osteoporosis karena tulang tak hanya membutuhkan kalsium dan vitamin D. Selain itu, nyeker akan membuat si pejalan akan lebih berhati-hati dan jeli dalam menghadapi sesuatu di jalan. Adakah batu atau kerikil yang akan terinjak, sehingga si pejalan akan lebih fokus pada saat berjalan. 

Manfaat lainnya, bisa melancarkan sirkulasi darah, menyehatkan jantung, paru-paru. Otot kaki, paha dan bokong bisa menjadi lebih kuat. Begitu juga otot, tendon dan ligamen pada telapak kaki, pergelangan dan betis akan kuat. Bahkan hal itu bisa mencegah cedera, lutut tegang dan masalah pada punggung.

Adakah manfaat lain?
Jika telapak kaki menginjak batuan atau kerikil maka akan menstimulasi titik- titik refleksi. Apabila ada rasa sakit pada bagian tertentu maka kita malah harus lebih banyak jalan nyeker agar rasa sakit pada bagian itu menghilang.

Ada pula yang mengatakan bahwa kita bisa mengurangi depresi atau rasa cemas jika telapak kaki langsung bersentuhan dengan rerumputan. Hal itu karena hormon endorfin dalam tubuh akan lepas ketika kaki menginjak tanah atau rumput. Akibatnya akan menimbulkan rasa bahagia, tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun