Pertama kali aku melihatnya, setelah kenaikan kelas, aku merasa takut dengan guru di kelas baruku, Bu Nida. Dari cerita kakak kelasku, guru di kelas baru itu galak.
Aku was- was. Khawatir kalau akan dimarahi olehnya. Namun ketika kelas satu masih masa pengenalan lingkungan sekolah, kelas dua ke sampai kelas enam pasti ada perkenalan dengan guru baru di kelas baru.Â
Di sana ada kesepakatan kegiatan selama pembelajaran. Apa yang harus kami lakukan, hukuman yang kami dapatkan jika melanggar kesepakatan. Disampaikan pula materi yang akan kami pelajari di semester satu, rencana kegiatan, praktikum yang mungkin kami lalui dan masih banyak lagi.
Termasuk pembentukan pengurus kelas, jadwal piket, slogan kelas. Setelah itu kami merapikan kelas bersama- sama.Â
Seketika itu, pikiran negatifku akan bu Nida hilang. Bukan guru galak atau sangar yang kami dapatkan. Guruku memang tak cantik sekali tapi menyenangkan.Â
***
Akhirnya pembelajaran normal kami dapatkan. Tak terasa sudah hampir setengah semester kami lalui. Belajar bersama bu Nida, guru kami.Â
Bu Nida ramah. Hanya sesekali marah karena ulah kami. Seperti kemarin. Fira, seorang temanku menangis karena dilempari buah kedondong oleh Fahri.Â
Bu Nida bicara dengan kami. Bicara pelan. Tapi tetap kurasakan ketegasannya.
"Kenapa Fira? Kok kamu menangis?" tanya bu guru ketika di kelas.
Kami menjawab secara bersahutan.