Di rumah, setelah selesai berbelanja keperluan outbound Husna, aku dan ayah Husna berbincang di teras. Husna sendiri sudah tidur sedari tadi ketika dalam perjalanan pulang. Ayah Husna yang membopong gadis kecil kami ke dalam kamarnya.
Di teras rumah.
"Laki-laki yang bersamamu kemarin siapa, Put..?"
Ayah Husna menanyakan hal itu lagi. Aku tak tahu harus mulai dari mana. Aku memang harus mengatakan kepada ayah Husna tentang kekasih istrinya. Tapi aku khawatir kalau nanti malah tak baik.
Maksudku aku khawatir kalau ayah Husna marah kepadaku. Terus dia tak percaya dan malah mengatakan kalau dia tak mau melepaskan anak yang selama ini diasuhnya layaknya anak sendiri. Lagipula ada istilah tresna jalaran saka kulina juga. Bisa jadi dia akan mempertahankan anak dan istrinya itu.Â
Jika seperti bayanganku yang terjadi, lalu bagaimana Husnaku? Karena jelas aku akan minta cerai sah. Aku tak mau digantung seperti yang selama ini dilakukan.
"Aku akan ceritakan suatu saat, mas..."
Aku masih ragu untuk mengatakan semua. Aku harus menyiapkan hatiku untuk kecewa lagi. Meski sebenarnya bahagiaku selama ini karena Husna.
"Aku tak suka kalau kamu dekat dengan laki-laki lain, Put..."
Aku terperangah dengan ucapannya itu.Â
"Apaan, mas. Maksud mas tu apa. Mas nggak suka kalau aku dekat orang lain?"