Selepas berkeluh kesah pada sang Khalik, kekasihnya, Salikah terpekur pada sebuah ayat yang dibacanya. Sambil menunggu waktu kedekatannya dengan kekasihnya lagi pada waktu Subuh, Salikah membaca kitab suci yang diberikan suaminya sebagai mahar pernikahan.Â
Salikah sampai pada QS Al-Isr : 7 yang artinya "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidilaqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai".
Diejanya satu persatu makna indah dari ayat itu. Salikah menemukan keindahan yang bisa didapatkan ketika berbuat baik kepada sesamanya. Bukankah itu lebih utama dibandingkan dengan berharap pada sesama?
Diri Salikah sudah membuang jauh keinginan duniawi. Baginya kebahagiaan duniawi adalah membahagiakan orang terkasihnya, orangtua, ibu mertua dan dua buah hatinya.
Tak hanya itu, Salikah juga ingat ketika mengikuti kajian di surau ustadz pernah menyampaikan sebuah hadits dari Ahmad bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Bermanfaat bagi orang lain tak hanya karena memberikan harta benda kepada orang yang membutuhkan. Tetapi bermanfaat bagi sesama maknanya lebih luas, mentransferkan ilmu, perhatian, merawat alam, menjadi sukarelawan, menjaga silaturahim, tidak berbuat jahat dan sebagainya.
Bentuk kasih sayang kepada semua makhluk adalah inti dari memberikan manfaat bagi orang lain. Dengan memberikan manfaat kepada sesama maka kita akan dimudahkan dalam segala hajat dunia dan akhirat.
Salikah juga masih ingat hadits dari Muslim yang didengarnya, "... Dan siapa yang memudahkan orang lain yang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat"
Sungguh luar biasa makna manfaat bagi perbuatan baik, perbuatan shalih. Janji Allah, sang kekasih, pastilah tak diingkariNya.
Tekad Salikah semakin membara demi bertemu suami, yang kini menunggunya di surga. Terbayang wajah teduh suami yang selalu membuatnya rindu. LDR beda alam akan dijalaninya dengan ikhlas. Salikah yakin bahwa dengan dekat dengan Allah dan bermanfaat bagi sesama, dia akan dimudahkan bertemu dan berkumpul kembali dengan imam terkasihnya.
Air mata Salikah menetes membayangkan kebahagiaannya kelak bila bersua kembali dengan suaminya.