Kalau dipikir-pikir, dibanding manusia maka setan atau iblis pasti lebih mengenal Allah. Dua pihak dapat saling bermusuhan adalah karena kedua pihak pernah saling berdekatan. Ada agama yang mengatakan bahwa setan itu ciptaan langsung, sementara hanya manusia pertama yang merupakan ciptaan langsung, manusia sesudahnya adalah ciptaan tidak langsung karena harus melalui aktifitas seksual dua manusia yang berbeda kelamin, pembuahan sel telur ibu oleh sel sperma ayah.
Sifat manusia lebih meyakini apa yang bisa dilihat dan dapat diraba. Manusia yang mengaku keyakinannya bulat seratus persen adalah manusia yang sesungguhnya berusaha sekuat tenaga menutupi keraguannya. Bisa juga karena pengakuan akan keyakinan yang bulat itu menghasilkan manfaat ekonomi atau manfaat politik pada dirinya. Bisinis dan politik sering bahkan hampir selalu mengatasnamakan agama. Saat kampanye politik hal itu terlihat jelas, dan saat menjelang perayaan hari besar agama maka gebyar diskon meledak di mana-mana.
Kini setan atau iblis adalah musuh besar Tuhan. Karena manusia mahluk kesayangan Tuhan maka manusia juga menjadi musuh setan. Lantas, apakah Tuhan berkenan, atau menjadi senang, kalau saya memilih profesi sebagai pembunuh setan, atau paling tidak sebagai pengusir setan?. Banyak dukun pengusir setan, apa mereka kesayangan Tuhan?.
Kalau ya, maka dunia menjadi kacau tak karuan.
Kemampuan setan atau iblis menyaru dan mengelabui amatlah mumpuni, sampai mahluk yang dikelabui itu merasa dia sedang menjalankan perintah Tuhan. Setan masa kini sudah mencapai kecanggihan menyaru pada taraf sempurna. Setan jaman dahulu mengganggu hidup manusia dengan godaan hasrat, baik hasrat seksual, hasrat ekonomis, hasrat politik, dan semua hasrat lainnya. Itu semua adalah cara kuno, kata setan senior yang penuh pengalaman.
Cara paling cantik dan canggih adalah justru menggunakan semua kata-kata firman yang tertulis pada kitab suci, hanya bengkokkan saja sedikit, sedikit sekali sehingga tidak ada yang menyadari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI