Mohon tunggu...
Jon Hutapea
Jon Hutapea Mohon Tunggu...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi dan Ancaman Para Sengkuni

20 November 2016   14:41 Diperbarui: 20 November 2016   15:22 3949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: teknologitpa.blogspot.co.id

Indonesia akan terancam jika Jokowi dikelilingi oleh para Sengkuni. Bangsa akan hancur, rakyat akan saling bermusuhan, kebencian dan fitnah merajalela. Jokowi harus sangat hati-hati, para Sengkuni bisa siapa saja, dan menghalalkan secara cara agar tujuannya tercapai.

Sengkuni merupakan tokoh perwayangan,  orangnya mempunyai ciri fisik seperti ini cenderung berbuat licik, senang menipu, munafik, senang memfitnah, senang menghasut, senang mencelakakan orang lain, dan iri hati. Sengkuni dikenal juga sebagai pengemong atau penasihat, terutama tentang hal-hal pemerintahan bagi para Kurawa dalam memerintah Astinapura.

Jika ada, para sengkuni akan memberikan masukan yang salah kepada Jokowi. Menghasut agar Jokowi membenci, menuduh orang tanpa bukti. Sengkuni ini akan berlagak seperti orang paling berjasa dan pro Jokowi, tapi sebenarnya dia bakal menjatuhkan dan memperalat Jokowi.

Potensi adanya sengkuni disekitar Jokowi sangat bisa dan besar peluangnya. Mungkin juga para sengkuni telah ada saat ini, mungkin dia bertopengkan suatu jabatan atau hanya membisikkan kala tak ada mata yang melihat.

Beberapa “Blunder” Jokowi yang mungkin dibisikkan oleh sengkuni, sebut saja saat Jokowi tidak secepat mungkin merespon aspirasi masyarakat terkait dugaan penistaan agama oleh Ahok. Keterlambatan tersebut membuat Jokowi terkesan membela Ahok, dan dianggap tersandera suatu kepentingan.

Selanjutnya saat aksi pertama pada tanggal 14 Oktober, Jokowi melakukan “Blunder lagi” dengan melakukan pelantikan Menteri dan Wakil Menteri ESDM diwaktu bersamaan. Meski itu diagendakan oleh bawahannya, tapi Jokowi harusnya kan bisa sensitif dengan keadaan. Disini kemungkinan adanya sang sengkuni memberi saran, entah itu mau mengalihkan isu atau untuk menjatuhkan kredibilitas Jokowi.

Blunder berikutnya adalah pergi dari istana saat aksi 411. Keputusan itu sangat menyakitkan para peserta aksi yang datang dari berbagai daerah, mereka seperti tidak dihargai dan merasa kehilangan sosok pemimpin. Keputusan Jokowi untuk pergi saat aksi berlangsung mungkin berasal dari masukan orang lain, dan itu berakibat fatal. Massa yang kecewa terhadap lambannya proses hukum, bertambah dengan perginya Jokowi keluar daerah.

Blunder berikutnya adalah isi pidato Jokowi di Istana menyikapi aksi damai. Disaat kondisi masyarakat banyak yang kecewa dan aksi masih berlangsung, Jokowi menyampaikan pidato yang mempunyai unsur tuduhan. Bukannya meredakan kekecewaaan masyarakat, isi pidato tersebut memunculkan saling curiga dan fitnah.

Jokowi menyebut aksi damai ditunggangi aktor politik tanpa menjelaskan siapa sosok yang dimaksud. Mungkin Jokowi menyampaikan pidato itu berdasarkan masukan-masukan dari berbagai pihak. Dan harusnya informasi paling valid adalah dari BIN, lembaga yang mempunyai kemampuan dan kewajiban menyampaikan informasi pasti buat Presiden.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Presiden menyampaikan pidato itu setelah mendapatkan informasi dari BIN, atau dari pihak lain yang berpotensi menjadi sengkuni.

Pasca aksi 411, Jokowi juga melakukan tindakan yang melukai hati masyarakat. Jokowi melakukan roadshow ke markas-markas kesatuan TNI dan Polri, meski tujuannya baik dan normal. Tapi memunculkan persepsi ditengah masyarakat bahwa Jokowi akan menghadapkan TNI dengan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun