Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Kolonial 21: Taoen Baroe dan Belanda yang Bingung

1 Januari 2022   10:16 Diperbarui: 1 Januari 2022   22:54 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Taoen Baroe" & Belanda yang Bingung  (dok.pribadi, 2022) 

Istilah "tahun baru" atau yang pada pada jaman pra- atau jaman sebelum Prof Ophuijsen membakukan pada 1910, ditulis sebagai "taoen baroe" atau "tahoen baroe" ternyata baru berusia 1,5 abad saja.

Koran liberal De Oostpost terbitan 30 Maret 1861, nyaris 1,5 abad yang lalu, menyebutkan: "... en het Hollandsche Nieuwjaar heeft aan schier alle indlansche volksfeesten den naam gegeven van taoen baroe." 

Terjemahan kasarnya, "... dan untuk perayaan Hollandsche Nieuwjaar, hampir semua perayaan pribumi memberi nama hal itu taoen baroe."

Penulis artikel di koran milik kaum liberal Belanda di Hindia Belanda yang seharusnya berpikiran progresif itu nampaknya sedikit ke"ge-er"an dengan menyebut bahwa kalangan tertentu orang Jawa mulai perlahan menyerap tradisi perayaan tahun baru masehi alias gregorian yang mereka bawa ke Nusantara.

Yang menarik  10 tahun setelah itu, sebuah artikel terbitan 27 Januari 1871 di koran Semarang, de Locomotief mengungkap kebingungan orang Belanda atas istilah "taoen baroe" atau "tahoen baroe" yang dipakai orang-orang Jawa saat itu.

Penulis op-ed itu memasangkan istilah "taoen baroe" orang-orang pribumi Jawa pada perayaan "Mohammedaansehen nieuwjaardag", (Tahun Baru para pengikut Mohammad) alias Idoe'l Fitr alias Sebarran (bukan Lebaran!)  alias Abis Poeasa. 

Cukup maju, sang penulis malah mengusulkan untuk memasukan taoen baroe pribumi Jawa yang mengakhiri bulan Ramelan (bukan Ramadan!) pada almanak tahun itu sebagai perayaan yang akan jatuh 1 hari sebelum Natal: 24 Desember 1871.

Kegagapan para jurnalis atau penulis opini koran-koran di Hindia Belanda untuk memahami istilah taoen baroe kaum pribumi nusantara saat itu cukup membingungkan.

Cukup jauh sebelumnya, koran Nederlandsch Indie terbitan 24 September 1856, sesungguhnya sudah menguraikan panjang lebar tentang kalender Islam dalam suatu artikel yang bertajuk "Het Mohammedaansche kalender". Artikel itu menerangkan bahwa 1 Moharam sebagai hari pertama tahun penanggalan Islam. 

Namun artikel itu juga mengritisi ketidakpahaman bangsa Belanda di Hindia Belanda tentang Islam di Nusantara dan meminta bangsa Belanda untuk belajar pada bangsa Perancis yang (konon) lewat penjajahan mereka di Aljazair memahami masyarakat muslim dengan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun