Mohon tunggu...
joko gunawan
joko gunawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Makna dari Tahun Baru Tradisional Thailand “Songkran”

13 April 2016   17:35 Diperbarui: 13 April 2016   19:27 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Songkran Festival (myanmarexplorer.com)"][/caption]Hari ini, 13 April 2016, adalah untuk ketiga kalinya saya mengobservasi kegiatan Songkran di Thailand, khususnya daerah Bangkok. Bagaimana tidak? Saya akan tinggal di sini dalam waktu yang cukup lama.

Dulu, ketika pertama kali mendengar nama Songkran, yang ada di benak adalah “Water Festival” di mana setiap orang membawa senjata air untuk saling siram sambil membawa tepung terigu untuk ditempelkan ke muka orang lain. Ya begitulah apa yang seperti media sosial bilang. Suka atau tidak suka, kita tetap basah kuyup dan muka berwarna putih penuh dengan tepung.

Lantas apa sebenarnya yang dimaksud dengan songkran ini? Tentunya songkran tidak terbatas hanya dengan bermain air. Justru festival ini penuh dengan acara spiritual dengan sejarah yang melatarbelakangi cikal bakal songkran ini. Pada pagi hari orang-orang Thailand pergi mengunjungi kuil-kuil vihara untuk melakukan sembahyang menghormati Budha, membersihkan kuil, dan menawarkan makanan kepada para biksu. Di bidang pendidikan, para siswa atau mahasiswa juga menghormati para “Ajarn” untuk sebutan dosen, meminta maaf dan mendengarkan segala nasihat yang diberikan. Intinya, momen ini ditujukan untuk berbuat baik dengan sesama dan saling memaafkan.

Orang Thailand percaya songkran ini sebagai hari pembersihan diri dari segala kesalahan di masa lalu, dan mulai kehidupan baru dengan menghilangkan segala pikiran negatif dan tindakan yang kurang baik dilakukan. Penggunaan air di Festival Songkran ini dianggap bisa membersihkan diri dari ketidakberuntungan, layaknya hakikat penggunaan air untuk mandi.

Selain itu, Songkran juga adalah waktu untuk reuni keluarga, di mana orang-orang Thai yang berasal dari pedalaman yang kerja di Bangkok akan kembali ke kampung halaman mereka untuk selebrasi bersama keluarga. Makanya ketika songkran, Bangkok layaknya kota mati. Momen ini boleh dibilang seperti kebanyakan muslim yang kembali ke rumah kampung halaman untuk selebrasi hari raya Idul Fitri bersama keluarga, sehingga bisa dikatakan momen ini sungguh penting.

Festival songkran ini jatuh setiap tanggal 13-15 April, yang asalnya dihitung berdasarkan perhitungan astrologi. Jika songkran jatuh di pertengahan minggu, orang Thai akan libur pada hari Jumat sebelumnya sampai hari Senin depan. Yang jelas, songkran ini jatuh pada musim panas, di penghujung musim kemarau, seperti saat ini 31-35 C.

Saat ini, banyak sekali para turis yang datang ke Bangkok untuk mengikuti kegiatan Songkran ini. Mereka tertarik sekali dengan bermain perang-perangan air sebagai salah satu kegiatan yang sangat attractive yang tentunya merupakan salah satu strategi pemerintah Thailand untuk meningkatkan jumlah turis di Thailand. Namun, yang perlu dipertimbangkan adalah perlunya mengekspose acara songkran tersebut dengan nilai-nilai keagamaan atau spiritualitas dari kegiatan itu sendiri sehingga songkran ini tidak kehilangan jati dirinya. Sangatlah sedih jika generasi muda mendatang tidak tahu makna songkran selain perang-perangan air.

Selain itu, dalam hal ini, saya sebagai mahasiswa Indonesia di Thailand, walau tidak ada songkran untuk muslim, menghormati budaya orang lain itu tentunya perlu dilakukan, terlepas dari urusan kepercayaan masing-masing.

Selamat hari Tahun Baru Tradisional Thailand bagi yang merayakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun