Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makin Agamis Belum Tentu Tak Pernah Nonton Film Porno

9 September 2016   10:35 Diperbarui: 9 September 2016   10:45 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Film porno, atau disebut juga blue film merupakan salah satu ancaman bagi generasi penerus bangsa. Terlebih lagi dengan adanya media sosial, dimana setiap orang, entah anak-anak entah orang dewasa mempunyai kebebasan akses yang tak terbatas terhadap situs-situs berkonten film porno. Sebagaimana ketatnya kontrol pemerintah terhadap situs-situs berkonten film porno, nyatanya hingga kini malah justru bertambah banyak. Modus-modus situs berkonten film porno juga merambah ke situs-situs yang bermuatan positif sekalipun. Ini tentu menjadi tantangan terbesar, sebab betapa banyak generasi muda yang hilang akal sehat karena sering menonton film porno melalui media sosial.

Di dunia ini, sebenarnya tidak satupun agama yang memerintahkan melihat tayangan-tayangan yang merusak akal sehat. Agama apapun dan dimanapun, kita tahu tidak ada bukti tertulis untuk melakukannya. Namun nyatanya, film porno merambah kemana-mana, bahkan pada seseorang yang sangat agamis sekalipun.

Hasil penelitian terbaru menemukan bahwa orang yang menonton film porno lebih dari sekali dalam seminggu akan menjadi lebih religius atau agamis daripada mereka yang menonton sekali dalam seminggu. Seorang peneliti Okhlahoma AS meneliti sekitar 1.300 orang yang religius dan menemukan fakta bahwa frekuensi orang agamis yang menonton film porno lebih dari sekali dalam seminggu begitu meningkat hingga akhirnya mencapai titik stagnan (mungkin kalau dalam istilah ekonomi semacam marginal utilitynya maksimal) kemudian mereka lebih religius setelah mencapai titik stagnan itu (diminishing return film porno menurun sehingga tingkat religius meningkat).

Fakta ini begitu sulit diterima akal, tetapi yang namanya manusia, kemungkinan terdapat yang seperti demikian. Seiring dengan masa pendewasaan, biasanya tingkat keingintahuannya semakin luar biasa, terutama bagi mereka yang kurang mampu memanage waktu hidupnya untuk aktivitas yang positif dan produktif. Belum lagi di era media sosial, tidak semua orang mengerti betul tentang orang lain. Terkadang postingan di media sosialnya terlihat positif, namun dalam kenyataannya dia adalah seorang yang 'maniak' film porno. Aksesibiltas yang tinggi menjejali manusia berbagai ragam pilihan  dan semua itu tergantung dari si pemakai fasilitas serupa media sosial.

Hasil penelitian di AS tersebut juga menyebutkan bahwa mereka yang menonton pornografi dalam frekuensi tinggi terlihat lebih religius dari frekuensi beribadah dan kehadirannya dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dibandingkan mereka yang menonton dalam frekuensi biasa. Hasil ini sungguh mengejutkan, sebab logikanya semakin orang religius atau agamis, maka seharusnya iman mereka lebih kuat dan mereka mampu membentengi diri mereka untuk menontong tayangan porno. Lebih lanjut, hasil penelitian ini malah menunjukkan kegagalan seseorang penganut agama dalam menyakini apa yang mereka anut. Tidak hanya itu, hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tingkat religius atau agamis seseorang belum tentu menjamin bahwa ia tidak pernah menonton film porno atau hal berbau pornografi selama hidupnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun