Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Konsep Bahagia

5 Maret 2018   14:09 Diperbarui: 5 Maret 2018   14:14 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebelum menentukan arah masa depan. Silahkan baca beberapa tulisan saya mengenai konsep bahagia. Yaitu, bagaimana keadaanmu di masa depan, apakah menjadi bahagia atau malah sebaliknya. Sejak dini tentu semua ingin bahagia. Bukan hanya saat ini tapi juga tentang masa depan. Namun yang terjadi adalah ketidaksesuaian apa yang terjadi dengan keinginannya. Disitulah kuasa Tuhan berkehendak. 

Namun juga tidak lantas putus asa menerima setiap takdir. Karena sejatinya kebahagian diraih karena ikhtiar manusia itu sendiri. Kebahagian identik dengan keinginan. Semua keinginan yang dapat terlaksana maka itu akan menjadi sebuah kebahagian. Sehingga takaran kebahagiaan setiap manusia tentu berbeda satu sama lain. Kalau dalam ilmu ekonomi, keinginan manusia itu tidak terbatas. Sehingga kebahagian seseorang sangat tinggi ukurannya. Ada juga yang mengatakan bahwa ukuran kebahagian seseorang adalah seberapa banyak uang yang dipunyai. Bisa memilih barang kesukaan dan bisa pergi kemanapun yang diinginkan. Tapi sayangnya tidak semua orang bisa mendapatkan uang banyak (kaya).

Lalu apakah ukuran kebahagiaan memang terletak pada kekayaan seseorang? Silahkan simak tulisan saya sebelumnya, ingin kaya, yang memberikan pilihan akan sudut pandang lain tentang kekayaan. Saya kira sudah pada sering mendengar istilah "bahagia itu sederhana". konsep yang coba ditawarkan agar manusia tidak terjebak pada naluri ingin kaya. Namun kalau ditelisik lebih mendalam, ungkapan tersebut hanyalah rekaan pembelaan dari kaum miskin. Atau manusia yang tidak giat bekerja untuk mendapatkan uang. Nah, yang menarik disitu adalah kata sederhana. Seperti puisi sapardi "Aku Ingin"

Aku ingin mencintaimu, dengan sederhana

Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu

Kepada api yang menjadikannya abu

Apa yang terfikirkan dari satu bait puisi sapardi djoko darmono tersebut? Ya, ternyata jika kesederhanaan bisa membuat kebahagiaan seseorang. Dan ternyata kesederhanaan bukan kata benda yang bisa ditakar dengan materi. Selanjutnya bahagia itu sendiri akan memuat banyak makna yang tentu hanya bisa dirasakan tiap individu manusia. Tidak mungkin takaran kebahagian petani sebanding dengan pejabat. Tidak mungkin pula takaran kebahagiaan anak SD sebanding dengan mahasiswa. Jadi silahkan pikirkan dulu bahagia yang bagaimana yang diinginkan? Selanjutnya pilihlah masa depan yang kelak bisa membuat bahagia.

Memang tidak dipungkiri kalau kekayaan merupakan faktor kebahagiaan, selain cinta, persahabatan, pengalaman, pengetahuan dan lain-lain. Namun yang perlu dipahami bahwa setiap apa yang dilakukan pasti selalu ada sebab-akibat. Nah, resiko itulah yang seharusnya dipikirkan sebelum konsep bahagia yang setiap saat selalu terngiang di kepala manusia. Contoh misal,Memilih pasangan yang "keren" dalam ukuran manusia seumuran saat menentukan.

Sehingga asepek lain tidak dipikirkan atau tidak sempat dipikirkan. Contohnya, akhlak, keadaan mertua, lingkungan pasangan, sejarah masalah dari pasangan, dan faktor lain yang suatu saat akan dihadapi. Nah, kadang dalam menentukan konsep kebahagiaan harus timbul dari sikap dewasa seseorang dan tentunya mengesampingkan perasaan. Karena konsep bahagia adalah perencanaan dan pemikiran yang hanya bisa dicapai dengan logika yang terus berputar dan bisa melihat apa yang akan terjadi di masa mendapatang. Jangan sampai memilih pasangan hidup yang akan membuat kehidupan setiap hari dilewati dengan ketidakbahagian dan keterpurukan. 

Contoh lain. Jika seseorang ditawari pekerjaan dengan gaji 10 juta per bulan, namun kontrak selama 10 tahun di daerah terpencil. Apa yang akan diputuskan? Kalau orientasi kebahagian adalah kekayaan tentu akan diambil. Namun kalau ada konsep kebahagian lain tentang masa depannya, maka ia akan berfikir berulang kali. 

Apakah bahagia jika selama kurun waktu yang lama pisah dengan keluarga, sahabat dan lingkungan yang sudah membuatnya nyaman? Apakah suatu saat jika hidup di daerah lain dengan budaya dan adat yang berbeda kita bisa mengikuti atau malah semakin merasa tertekan, sehingga mengorbankan masa kebahagian dalam kurun waktu tertentu? Akhirnya manusia akan memutuskan. Bahwa kebahagian adalah sejuknya perasaan dan longgarnya pikiran. Tertawa, tanpa berfikir tentang masalah. Apakah ada orang seperti itu? Tidak!! semua orang pasti mempunyai masalah. Yang saya maksud bukan tentang masalahnya, namun bagaimana prosentase kebahagiaan dan kesedihan seseorang selama hidupnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun