Seperti biasa setiap pagi tidak ada jatah sarapan, langsung berangkat membawa karung putih yang sekarang menjadi coklat tua, tapi tetap saja langkah ini meluluhkan lemah demi kebutuhan.
Menggerutu dalam pikiran, apakah masih tersisa untuku, tak apa mereka tidak mau biar aku saja, akan kujadikan barang berharga untuku, kenapa harus hawatir padahal yang dicari itu yang menghalangi pandangan, merusak wewangingan jadi tinggal kutapakan kaki ini semampuku pasti akan ku pinggul dengan karungku.
Bersabarlah badan, tak usah hawatir kamu sudah terbiasa dengan beban, tak perlu risau wahai hati jikalau ada kata-kata dan tatapan yang tajam karena sudah biasa kita redam.