Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Spirit Moderasi Beragama dari Ende-NTT

7 Juni 2021   11:15 Diperbarui: 7 Juni 2021   11:30 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari itu kota Ende menjadi pusat perhatian peringatan hari lahir Pancasila. Ada serba aneka kegiatan di kota Ende. Sebut saja napak tilas ke Taman, Rumah dan Serambi Bung Karno. Ada pawai, kunjungan ke tugu Pancasila dan apel bersama di Lapangan Pancasila.

Warga kecamatan Ndori memaknai hari ulang tahun kelahiran Pancasila secara lain. Mereka menyelenggarakan acara "Minu Ae Petu atau Minum Air Panas" untuk mendukung pembangunan "Sa'o Ngga'e atau Mesjid Maubasa".

Romo Feliks didaulat untuk berbicara. Menariknya Romo Feliks berbicara bahasa Lio. Ini bukti kedekatan Romo Feliks dengan "Ata Wonda, Ata Maubasa, Ata Ndori". Tentu saja sebelumnya dengan orang-orang Jopu. Feliks ada di hati mereka. Bagi Feliks bahasa Lio adalah "bahasa hati". Sapaan kata-kata Lio adalah kekuatan yang menyentuh dan tertanam dalam hati.

Feliks menyapa: "Kami mai gha iwa so kami ata bhanda. Kami bhondo kura duna. Kami mai pu'u ate dhoa. Kita kema Sao Ngga'e sama-sama. Wora sa wiwi, nunu sa lema. Sao Ngga'e ngala mbale demi kita boka ngere ki, bere ngere ae. Kita lele seru Ngga'e. Seru Ngga'e menga tau pawe ate. Kita ma'e lele seru sese, seru sese menga tau re'e. Ma'e lele seru meto. Seru meto menga tau gebo relo. Kita mae lele seru koka. Leka ngaji ada kita ata Lio, kita ata katoli, ata islamu ngaji  "Du'a gheta lulu wula, Ngga'e ghale wena tana".

Artinya "kami datang bukan karena kami kaya. Kami banyak kekurangan. Kami datang karena hati yang berbelaskasih. Kita kerja rumah Tuhan sama-sama. Kita mesti seia sekata. Kita bisa membangun rumah Tuhan bila kita bersatu seperti alang-alang atau air yang mengalir. Kita mendengar suara Tuhan. Suara Tuhan selalu menggembirakan hati. Kita jangan mendengar suara-suara yang merusak persatuan, persaudaraan dan perdamaian. Secara budaya, orang Islam dan Katolik Lio berdoa dengan rumusan yang sama: Tuhan di atas langit, Allah di bawah bumi".

Romo Feliks mengungkapkan animasi persaudaraan dan motivasi perdamaian. Kita sedang punya trend membangun gereja dan Mesjid yang megah. Kemegahan gereja dan mesjid mesti melambangkan iman yg kokoh dan persaudaraan sejati.Kita semua orang yang berkekurangan. Tapi kita bisa berbagi. Kita bisa membangun dan menghasilkan sesuatu yang besar bila kita hidup bersaudara. Persaudaraan adalah modal sosial kita.

Kita belajar dari "Nasionalisme Lokal" mereka.  Nasionalisme yang bersemi dan bertumbuh dari gereja Wonda, Mesjid Maubasa dan Kantor Camat Ndori. Nasionalisme yang dirajut Romo Feliks, Imam Mesjid, Haji Abdurahman dan Camat Paul Fred. Dalam konteks ini, mereka adalah penyambung lidah Allah.

Umat Muslim Maubasa, umat katolik Paroki Wonda, masyarakat kecamatan Ndori mengajarkan kita tentang "Toleransi, Koeksistensi dan Pro-Eksistensi". Toleransi artinya kita perlu menghargai sesama dan sesuatu yang berbeda. Entah itu pendapat, suku, agama, budaya dan pandangan politik. Ko-eksistensi artinya kita perlu hidup bersama secara damai dan berjuang bersama untuk kebaikan kita. Pro-Eksistensi artinya kita selalu berusaha merawat kerukunan hidup bersama. Kita membagi pengalaman hidup rukun ini bagi sesama kita. Entah itu di kampung, kawasan, kota, kabupaten, propinsi atau bangsa lain. "Kita semua bersaudara", kata Paus Fransiskus.

Terima kasih Romo Feliks. Azi-Doa seimamat dari Ngada. Artis pembawa sukacita dari kampung sunyi Wonda. Gembala, sahabat dan saudara orang Maubasa. Rohaniwan pembawa optimisme dari kawasan Ndori.

Editor : John Lobo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun