Mohon tunggu...
John Berek
John Berek Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis adalah pekerjaan untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer); Menulis memang bukan bakat tapi suatu ketrampilan yang membutuhkan banyak belajar dan latihan

Apa yang terucap bisa lenyap, tetapi apa yang ditulis akan abadi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini dalam Keluarga

21 April 2021   12:52 Diperbarui: 21 April 2021   13:04 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkan anda membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang? sebuah buku yang memuat 106  surat yang ditulis oleh R. A. Kartini kepada para sahabatnya, yakni Estelle H. Zeehandelaar atau Stella (14), Ny. Ovink-Soer (8), Prof. dr. G. K. Anton di Jena dan istrinya (3), Dr. N. Andriani (4), Ny. H. G. de Booy-Boisevain (5), Ir. H. H. Van Kol (3), Ny. N.  Van Kol (3), Ny. R.M. Abendanon-Mandri (49), Mr. J. H. Abendanon (5), E. C. Abendanon (6), sepucuk surat tidak jelas ditujukan kepada siapa dan sepucuk lagi merupakan surat gabungan kepada suami-istri Abendanon.  Kumpulan surat tersebut dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul "Door Duisternis Tot Licht". J.H. Abendanon adalah salah seorang sahabat pena Kartini yang saat itu menjabat sebagai Menteri (direktur) Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.

Salah satu surat R. A. Kartini yang terdapat dalam buku tersebut yakni surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, tertanggal 4 Oktober 1901, yang isinya kurang lebih demikian bunyinya "Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama".

Jaman dahulu kebanyakan orang tua beranggap bahwa anak wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akan kembali ke dapur juga. Pemikiran konservatif ini perlahan-lahan mulai bergeser dengan adanya gerakan emansipasi wanita yang diproklamirkan oleh R. A. Kartini. Sekat-sekat pemisah gender mulai runtuh sampai akhirnya pemikiran konservatif berubah menjadi pemikiran moderat.

Dua orang "Kartini" hadir dalam keluarga kecil kami. keduanya susah beranjak remaja  dan sedang kuliah di salah satu universitas negeri di Kupang. Si sulung menekuni ilmu psikologi, sedangkan si bungsu menekuni ilmu ekonomi dan bisnis. Sejak di bangku sekolah menengah pertama kami memberi kebebasan kepada mereka untuk memilih dan menentukan sendiri  jurusan pada sekolah menengah atas, serta fakultas, jurusan, dan universitas yang mereka ingin geluti. Kami hanya memberi saran bila diminta oleh mereka; kami sengaja membiarkan mereka agar dapat mengatasi masalah mereka sendiri ketika mengalaminya, serta belajar mendewasakan mereka. Biarlah dengan kekuatan sayap mereka terbang setinggi-tingginya agar mereka dapat melihat dunia dari sudut pandang yang lebih luas. Kesetaraan gender mengacu pada hak, tanggungjawab dan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki. Kesetaraan gender harus diterapkan secara konsisten baik dalam bidang pendidikan formal, karir, politik, pemerintahan dan birokrasi, serta  kepemilikan dan kedudukan yang sama di depan hukum.

Bagi dua kartini kami selalu kupanjatkan doa: Tuhan, jadikanlah anak-anak kami agar mereka menjadi cukup kuat untuk menyadari bahwa mereka sedang lemah, dan cukup tabah untuk menghadapi diri mereka bila mereka sedang takut, yang bangga dan tidak putus asa bila mereka kalah secara jujur, tetap rendah hati serta lembut dalam kemenangan.

Jadikan anak-anak kami yang bukan cuma berharap tapi mampu berbuat, anak-anak yang mengenal Engkau, janganlah bawa mereka ke jalan yang serba mudah dan serba enak, tapi biarlah mereka belajar berdiri di tengah badai dan biarlah mereka belajar merasakan penderiataan orang-orang yang gagal.

Jadikanlah anak-anak kami memiliki hati yang jernih, yang cita-citanya tinggi, anak-anak yang dapat mengendalikan diri sendiri sebelum mengendalikan orang lain, yang meraih masa depan tetapi tidak melupakan masa lalu.

Dan bila semuanya itu sudah menjadi milik mereka, kami mohon agar mereka diberi rasa humor. Berikanlah mereka kerendahan hati supaya mereka selalu ingat akan kesederhanaan dari keagungan sejati, keterbukaan dari kebijakan sejati dan kelemahan dari kekuatan sejati. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun