Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mulia atau Hina, Itu Pilihan

5 Juni 2020   10:23 Diperbarui: 5 Juni 2020   10:30 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: eramuslim.com (dengan ubahan warna)

Mulia itu ada dalam setiap kebaikan. Kebaikan itu sendiri merupakan pancaran ketakwaan dan keimanan yang menduduki batin seseorang karena kedekatannya dengan Tuhan. Maka setiap orang yang ingin hidup mulia di sisi Tuhan dan manusia, dia harus terus istiqamah dalam kebaikan tanpa batas selama dia hidup, bahkan setelah mati sekali pun.

Dalam keseharian kita, ternyata banyak orang yang mengukur kemuliaan seseorang dengan kekayaan, jabatan, atau keturunan. Hingga sering kali mereka menempuh langkah dan strategi bagaimana agar dapat menjadi kaya, memiliki jabatan, atau punya garis keturunan orang terhormat. Menurut mereka, hanya kekayaan, harta, dan jabatanlah yang akan mengangkat derajatnya menjadi orang terhormat dan mulia.

Tetapi yakinlah, jika kemuliaan seseorang ternyata hanya karena hartanya, suatu saat kemuliaan itu akan sirna seiring dengan hilangnya harta. Jika seseorang dimuliakan karena jabatannya, itu pun akan lenyap ketika dia tidak lagi memiliki jabatan. Jika kemuliaan seseorang hanya karena keturunan, selama apakah keturunan itu mempertahankan kehormatannya? 

Apalagi ketika dia melakukan kejahatan, atau penyimpangan, kehormatannya pasti lenyap. Jika seseorang mulia karena ketampanan atau kecantikannya, maka itu juga akan lenyap seiring dengan bertambahnya usia mereka. Semua bentuk kemuliaan tadi tidaklah kekal dan hanya bersifat semu.

Orang yang dimuliakan karena kekayaan, jabatan, atau keturunan sering kali terhempas dan dihantam zaman. Kalimat kekekalan tidak melekat pada diri mereka. Alqur'an memberikan contoh, bagaimana orang-orang kaya seperti Qarun yang ditenggelamkan Allah, lalu hartanya sama sekali tidak mampu menyelamatkan diri dan kehormatannya. Contoh lainnya adalah Firaun yang menjadi raja dan menuntut orang memuliakan dan menghormatinya? Akhirnya juga tenggelam di laut merah karena keangkuhannya yang mengaku sebagai Tuhan.

Dalam alqur'an, kemuliaan seseorang ditentukan oleh tiga aspek, yaitu ilmu, iman, dan amal saleh. Allah berfirman: "... Allah mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. al-Mujadalah: 11). Kedua aspek ini ibarat dua sisi mata uang atau entitas yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, dan sebagai modal melahirkan amal saleh.

Seseorang yang hanya memiliki pengetahuan, tanpa didukung oleh iman, boleh jadi akan menyalahgunakan pengetahuannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan bahkan cenderung merusak. Begitu pula orang-orang yang beriman, mereka harus memiliki pengetahuan yang memadai, sebab untuk beramal salih dibutuhkan pengetahuan.

Tuhan juga telah menegaskan dalam titah-Nya yang lain bahwa kemuliaan seseorang ditentukan oleh ketakwaan. Firman-Nya; "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang bertakwa..." (QS. Al-Hujurat: 13).

Rasulullah mengatakan bahwa kemuliaan manusia bukanlah ditentukan oleh bentuk fisik seperti warna kulit, keturunan, harta, atau kekuasaan, tetapi ditentukan oleh kebaikan dan ketakwaannya. Beliau bersabda; "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupamu dan hartamu, tetapi Dia melihat pada hatimu dan amalanmu" (HR. Muslim).

Pada wilayah praktis, berarti kemuliaan seseorang ditentukan oleh akhlak baiknya. Perbuatan-perbuatan baik (akhlakul karimah) yang diekspresikan seseorang dalam amalan sehari-hari merupakan wujud nyata dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Akhlak baiklah yang membuat seseorang mulia. 

Ketika dia membantu kesulitan orang lain, peduli, tidak pernah menyakiti perasaan orang lain, berbicara santun, bertanggung jawab, toleransi, tidak mau menyalahkan orang lain, dan akhlak baik lainnya, itulah yang akan mengangkat derajat seseorang dan membuatnya mulia di sisi manusia, dan di sisi Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun