Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masalah Kandang Perseru Serui dan Inkonsistensi Regulasi

29 Mei 2018   19:53 Diperbarui: 29 Mei 2018   20:00 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perseru Serui menjamu Bhayangkara FC di Stadion Marora. Foto : LIB

Konsistensi itu pada ujungnya adalah rasa keadilan bagi tim-tim lain yang juga bersusah-payah mencari stadion sebagai kandangnya. Ada yang mudah mendapatkan, ada yang sulit dan harus berpindah-pindah seperti Persija Jakarta.

Masalah lampu di Stadion Marora bukan barang baru sebenarnya. Itu sudah terjadi pada Liga 1 2017 lalu. Ada waktu yang lebih dari cukup bagi Perseru untuk memenuhi regulasi soal kelayakan sebuah tim berlaga di Liga 1, salah satunya adalah stadion dengan segala fasilitasnya.

Akibatnya, pertandingan kandang terpaksa berpindah tempat juga, seperti keputusan PT LIB yang memindahkan laga kandang Perseru saat menjamu Bali United.  Laga pada 4 Juni 2017 itu dilangsungkan di Stadion I Wayan Dipta, Bali yang notabene merupakan markas Bali United.

Saat mengarungi musim 2017 lalu, Perseru diijinkan menggunakan stadion Marora dengan beberapa catatan, seperti  memberikan secara tertulis terkait masalah jaminan transportasi. Namun masalah kelayakan sebuah stadion tentu tak sekedar soal kemudahan transpotasi semata.

Di sinilah dibutuhkan ketegasan dan konsistensi dari penyelenggara kompetisi yakni PT LIB menegakkan regulasinya sendiri. Jika konsisten dari sikapnya semula tidak meloloskan stadion Marora sebagaai kandang Perseru, tentu tak akan memunculkan protes dari tim lain seperti diungkapkan PSM Makassar.

Bukankah PT LIB sendiri yang mengumumkan di awal Februari 2018 adanya tiga stadion yang dinyatakan tak lolos verifikasi. Tiga stadion yang tidak lolos tersebut adalah Stadion Teladan, kandang PSMS Medan, Stadion Moc Soebroto yang merupakan markas PSIS Semarang, dan Stadion Marora yang menjadi kandang Perseru Serui.

Ketegasan PT LIB juga tak hanya menjaga kewibawaan mereka sebagai operator, tapi juga menjadi pemicu bagi Perseru untuk berbenah sebagai sebuah klub yang benar-benar profesional, yang tak hanya dalam istilah.

Di sinilah ujian sesungguhnya bagi PT LIB untuk konsisten pada aturan main yang dibikinnya sendiri. Memperbaiki inkonsistensi yang telah terjadi pada musim lalu, semisal soal keharusan memainkan pemain U-23 tapi ditangguhkan sebelum dibatalkan.

Jika tidak, maka slogan "Liga Baru Semangat Baru" hanya sekedar slogan saja, karena tak ada yang baru dalam liga dan semangatnya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun