Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hukum Karma Memang Ada

21 Agustus 2010   08:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_234219" align="alignleft" width="150" caption="Sumber: http://id.88db.com/Buy-Sell/Special-Offer/ad-459778/en/"][/caption]

Rabu (18 Agustus 2010) siang, saya diundang seorang teman ke kampus. Temanku itu adalah adik kelas di kampus. Dia sedang berusaha menyelesaikan tesisnya. Namun, hambatan selalu menjadi penghalang. Terlebih, dua dosen pembimbing berbeda prinsip terhadap masalah yang ditelitinya.

Ketika menumpang pulang, dia minta bantuan ke saya. Intinya, saya diminta menjadi pembimbing bayangan. Sebenarnya, saya mempunyai kesibukan sendiri. Namun, saya menerima tawaran itu. Pertimbangan saya, ini menjadi kesempatan bagi saya untuk menjadi dosen pembimbing suatu waktu kelak. Terlebih, temanku itu berasal dari Gresik Jawa Timur. Jauh sekali dan menjadi guru SD di sana. Melihat semangat belajarnya yang menggebu itu, saya menjadi tertantang.

Nah, Rabu itu dia mempunyai waktu pembimbingan dengan sang dosen. Saya sedang menjemput anakku di Gemolong. Tiba-tiba, dia mengirim SMS yang intinya minta kesediaanku untuk membimbingnya. Sebenarnya saya sangat capek. Ini mengingat kesibukanku seharian. Terlebih, semalam saya tidak beristirahat karena mempunyai tugas baru. “Tak apalah, sekadar berbagi ilmu” batinku.

Saya pun melaju menuju kampus yang berjarak sekitar 30 km dari rumahku. Di tengah terik matahari, saya nekad. Satu alasan saya: rasa kasihan kepada temanku itu. Sudah datang jauh-jauh dari Gresik, ternyata dia tidak mendapatkan apa-apa.

Sekitar jam 13.30, saya sudah tiba di kampus. Terlihat temanku sedang membaca buku di perpustakaan. Untuk mengingatkannya, saya miss call. Dia langsung membuka HP. Begitu melihat nomor penelepon, dia langsung mendongak. Dan diia pun tersenyum, bahkan tertawa melihat kedatanganku.

Lalu, temanku pun berceloteh. Dia bercerita bahwa ada masalah baru. Pada bagian kerangka berpikir, antara dirinya dan dosennya terjadi perbedaan prinsip. Dia mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya itu. Saya pun menerangkan langkah terbaik menurut saya. Saya pun membaca konsep tesis yang dia susun. Dalam hatiku berkata, “Innalillah, lha tesis seperti ini koq ya minta di-acc. Masih untung hanya disuruh ini-itu.”

Memang, menurutku tesisnya perlu diperbaiki. Tidak hanya pada bagian kerangka berpikir. Bahkan, saya menemukan semua bagian ada yang perlu diperbaiki. Namun, saya diam. Nanti disangka sok pinter.

Saya pun menerangkan konsep-konsep kerangka berpikir. Intinya, saya menawarkan solusi yang mudah dia praktikkan. Dia terlihat manggut-manggut, gembira, dan semangat. Mungkin disebabkan metode pembimbinganku yang memang disenangi teman-teman. Teman sekelasku pun pernah menikmati pembimbingan itu. Ternyata, dia merasa puas dengan nilainya, yakni A.

Pembimbingan itu selesai sekitar jam 17.00. Dia pun mengucapkan terima kasih. Selebihnya, dia tidak memberikan apa-apa. Maksud saya, dia tidak memberikan tanda terima kasih. Biasanya, saya diberi uang sekadar transport. Saya kaget. Namun, saya tentu tidak mungkin minta. Saya hanya mengucapkan amin ketika dia berkata, ”Makasih ya, Pak. Semoga menjadi amal ibadah di bulan puasa.”

Saya pulang dengan perasaan gontai. Di saat capek, saya berusaha berbuat baik. Rasa ngantuk pun ditahan. Perjalanan jauh tidak kuhiraukan. Namun, memang ini belum menjadi rezekiku. Saya ikhlas.

Semalam (20 Agustus 2010), saya pulang dari Solo sekitar jam 18.00. Saya mempunyai pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena itu, saya nglembur. Sekitar 3 km dari rumahku, saya mampir ke Nippon Cellular, sebuah toko pulsa dan air mineral. Saya membeli pulsa. Setelah membayar, saya bergegas pulang. Maklum, waktu sudah menunjuk isya’. Saya takut terlambat isya dan tarawih.

Sesampai di rumah, saya menikmati kolak semangkok dan minum teh manis segelas. Langsung saya berpamitan ke istri dan anak-anak untuk salat isya dan tarawih.

Tadi pagi, saya terkejut. Dompet saya hilang. Saya sudah mencari ke semua tempat di rumahku. Namun, tidak juga ditemukan. Sementara itu, semua ”harta saya” ada di sana. 4 kartu ATM lengkap dengan PIN-nya, SIM A dan C, KTP, kartu mahasiswa, STNK, dan beragam kertas berharga lainnya. Saya hampir menangis. Ya Allah, semoga barang itu dapat ditemukan.

Sambil mengantarkan anak saya ke Gemolong, saya mampir ke Nippon Cellular. Saya berpikiran bahwa Nippon Cellular adalah tempat terakhir saya mengeluarkan dompet. Ketika makan buka puasa, dompet masih ada. Jadi, saya berkesimpulan bahwa Nippon Cellular mungkin menemukan dompet saya itu.

Melihatku tergopoh-gopoh ke etalase tokonya, seorang pemuda paruh baya mendekatiku. ”Ada apa, Pak?” tanyanya. Saya pun menerangkan bahwa dompet saya hilang. Saya hanya mengingat bahwa tempat terakhir saya mengeluarkan dompet ya di Nippon Cellular. Dengan tersenyum, pemuda itu menuju ke rak meja. Lalu, sebuah dompet utuh diambilnya. ”Ini ya, Pak. Semua masih utuh, Pak”

Saya kaget dan gembira. Air mata menetes tanda bahagia dan syukur. Saya tidak dapat membayangkan kesedihanku jika dompet itu tidak ditemukan. Hampir semua harta saya ada di dalamnya. Terima kasih Ya Allah untuk semua pertolongan-Mu. Memang, karma itu memang ada. (khusus untuk Nippon Cellular, saya mengucapkan terima kasih untuk semua kebaikannya. Semoga tokonya makin laris dan berkah. Amin.)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun