Hidup menyendiri di sebuah pulau selama 29 tahun kira-kira bagaimana rasanya. Tersebutlah nama seorang kakek Mauro Morandi yang tinggal sendirian di pulau indah kepulauan Maddalena, Italia.
Ya, Mauro Morandi (MM) mengnbil keputusan hidup menghabiskan waktunya untuk menyendiri di pulau Budelli, sebuah pulau yang memiliki pantai berpasir merah muda terhampar indah.
Seiring dengan berjalannya waktu MM melunak dan ingin berbagi dengan seluruh dunia atas apa yang dia anggap sebagai salah satu keindahan alam di pulau tersebut.
MM mulai terlibat dengan para pelancong yang datang di pulau Budelli, bahkan dia menjadi pemandu dan memberi penjelasan kepada para tamunya yang berkunjung di musim panas.
MM mengedit foto-foto dan mengirimkan lewat instagram dan facebook sambil berinteraksi dengan sekitar 5000 teman facebook-nya.
Walaupun MM sudah membuka diri dengan para wisatawan yang berkunjung di pulau itu, namun di musim dingin MM tetap menghabiskan waktu untuk menyendiri. MM masih memiliki sanak keluarga di daratan Italia namun dia tetap berkomitmen untuk menghabiskan sisa hidupnya di pulau Budelli.
Alasan utama MM mau hidup menyendiri.
Frustrasi!!! Dirumah MM frustrasi dengan orang tuanya. Di sekolah MM tidak sabar dengan guru-gurunya. Diceritakan rupanya MM sejak kecil selalu menjadi pemberontak. Ia lari dari rumah untuk pertama kalinya pada umur 9 tahun. Tahun 1968 pernah jadi demonstran.
"Saya adalah seorang demonstran pada tahun 1968. Kemudian saya berhenti terlibat dalam kegiatan politik, karena saya menyadari bahwa saya tidak suka konflikbersenjata, saya benci senjata" tutur MM.
Catatan penulis.
Apa yang dapat kita petik dari kisah Mauro Morandi ini?
Pertama, kisah ini mengingatkan kita tentang roman karya penulis Inggeris Daniel Defoe, sebuah novel berjudul "Robinson Crusoe". Novel yang mengkisahkan seorang pemuda bernama Robinson Crusoe yang terdampar di sebuah pulau. Konon, novel ini diilhami dari seorang asal Skotlandia, Aleksander Selkirk, yang tinggal lebih dari 4 thun di sebuah pulau tak berpenghuni Mas a Tierra di kepulauan Juan Fernandez, Samudera Pasifik.
Kedua, keluarga menjadi titik sentral peranan dalam mendidik anak-anak berkarakter yang baik. Peran orang tua dan sekolah menjadi penting untuk lebih memahami sifat dan karakter anak-anak didiknya dan mengarahkan menjadi karakter yang kuat dan dapat hidup berkomunikasi dengan baik dan bermasyarakat dan seterusnya berbangsa dan bernegara.
Ketiga, hindari terciptanya frustrasi bagi generasi muda melalui pembinaan khusus baik di rumah, di sekolah dan dalam kehidupan masyarakat dimana peran pemerintah melalui instansi terkait menggerakkan aktivitas yang positif misalnya lewat organisasi keagamaan, kemasyarakatan dan organisasi kepemudaan. Telusuri bakat dan keinginan melalui kegiatan olahraga dan seni sehingga semuanya akan tersalur dan tidak menciptakan generasi yang pesimis, egois dan frustrasi.
Nah, mungkin ada catatan tambahan para kompasianer?
Apa kabar kompasianer yang tinggal dekat daerah yang punya pulau indah dan ingin merasakan hidup sendiri di pulau itu? Kompasianer di dekat pulau Samosir, pulau Lihaga, pulau Likre, pulau Bangka dan lain lain, apa kabar? Mau ikut jejak kakek MM? hehehe
Saya sendiri salut kepada kakek Mauro Morandi yang sanggup hidup menyendiri di pulau indah terpencil di pulau Budelli. Bukan hanya 4 atau 5 tahun namun 29 tahun. Luar biasa.
Itulah sebabnya judul artikel ini Mauro Morandi: Si "Robinson Crusoe" Masa Kini!!!
Salam Kompasiana.
JM:11092019.
sumber:adventuretravel.co.id; id.wikipedia.org;