Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gagasan Kecil untuk Mempersiapkan SDM Songsong Revolusi Industri 4.0

9 Juni 2019   09:46 Diperbarui: 9 Juni 2019   10:09 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
revolusi industri 4.0(sumber:liputan6.com)

Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Sektor ini mendapatkan tantangan berat yaitu kecenderungan beralihnya profesi petani ke sektor jasa dan industri kecil, pemilikan lahan individu yang semakin mengecil, pembangunan pemukiman dengan munculnya perumahan-perumahan yang mengorbankan lahan pertanian, generasi muda milenial yang tidak tertarik jadi petani, harg-harga produk pertanian yang tidak stabil, posisi petani yang lemah dan selalu menjadi bulan-bulanan para pedagang dan pemilik modal dan pada umumnya kegairahan penduduk dalam bertani semakin menurun.

Kondisi yang memprihatinkan nasib petani di Indonesia adalah tingkat penghasilannya yang kurang menguntungkan. Banyak petani kecewa berusaha tani karena hasil produknya tidak sesuai dengan harapan. 

Petani kelapa dan cengkeh senantiasa gigit jari. Harga komoditi kedua produk ini sangatlah memprihatinkan. Seringkali terlihat petani kelapa membiarkan kelapa nya tidak di panen karena biaya pengolahan yang tinggi sedangkan harga kopra yang rendah ini. Begitu pun dengan komoditi cengkeh, hampir sama dengan kelapa. 

Fenomena yang terjadi, dengan makin maraknya tawaran kemudahan kredit mobil dan motor serta perumahan maka petani cenderung terjebak ikut serta menerima tawaran tersebut.

Untuk memenuhi tuntutan angsuran yang wajib harus di bayarkan sering petani terjebak pada rentenir karena kondisi harga jual produk pertaniannya tidak mencukupi.

Inilah yang terjadi pada petani di pedesaan. Harga produk hasil panen tidak stabil dan kebutuhan keluarga untuk pendidikan anak-anak dan mengangsur kredit jadi persoalan yang dihadapi petani.

Itu sekilas gambaran petani kita yang sejatinya mesti menjadi perhatian pemerintah, akademisi dan pihak swasta yang peduli.

Realitas yang ada dimana negara kita menjadi lahan subur bagi pasar produk impor berupa mobil, motor dan telepon genggam dan barang-barang elektronik lainnya. Harga-harga produk impor ini jelas tidak sebanding dengan harga-harga jual komoditi pertanian.

Apa solusi terhadap persoalan ini?

Pertanyaan yang selalu mengganjal dalam pemikiran penulis, mengapa negara kita yang justru menjadi sumber penghasil bahan baku industri mobil maupun telepon genggam tidak berupaya melatih individu mampu mendesain sendiri cikal bakal mendirikan pabrik mobil, motor atau telepon genggam di negeri ini? Kita memiliki sdm kepakaran ilmu teknik di Bandung dan Surabaya yang saya percaya mampu menciptakan desain dan menjadi partner pemerintah cikal bakal pendirian pabrik di negeri ini. 

Kepakaran teknologi bukan hanya menghasilkan sarjana teknik tapi lebih dari itu memberdayakan sdm menjadi pencipta peralatan yang vital bagi kebutuhan masyarakat. Tantangan bagi institusi politeknik di negeri ini. 

Kita tahu bersama BJ Habibie justru menciptakan desain untuk pesawat terbang dan dimanfaatkan negara Jerman untuk produksi pesawat terbang. Beliau juga mengembangkan itu dengan Nurtanio-nya. Ternyata SDM di negeri kita tidak kalah dengan sdm luar negeri.

Andaikan pemerintah memberdayakan sdm negeri ini belajar teknologi tertentu untuk di alihkan ke negeri ini pasti kita tidak perlu mengimport barang teknologi dari luar negeri. 

Belajarlah dari bangsa jepang mengirim orang orang pintar untuk meniru teknologi pembuatan mobil di Amerika Serikat, mereka meniru dan menghasilkan produk-produk yang saat ini menguasai pasaran di negeri ini. Hampir semua merek kendaraan yang berlalu lalang adalah merek produksi Jepang.

Begitu juga dengan telepon genggam dari luar negeri, misalkan merk China itu memang teknologi dari mereka namun bahan bakunya salah satunya dari negeri ini. Penambangan pasir besi di negeri ini mungkin salah satunya perusahaan dari China.

Andaikan pemerintah memanfaatkan potensi sdm dan sda secara maksimal dengan konsentrasi melatih sdm menguasai teknologi ini atau dengan mengirim pemuda-pemudi pintar dan cerdas ke negara-negara industri tertentu (mobil, motor, barang elektronik) niscaya sekembalinya mereka ke negeri ini maka disitulah akan muncul pabrik yang dikelola oleh orang-orang kita.

Harga-harga produk itu akan lebih murah, menyerap tenaga kerja dalam negeri, daya beli masyarakat makin terjangkau dan itu artinya kita tidak akan ketinggalan jauh melangkah di era revolusi industri 4.0.

Jadi, generasi muda dipersiapkan untuk dilatih atau di kirim keluar negeri mempelajari teknologi agar kembali menerapkannya di negeri ini.Mungkin butuh biaya mahal namun hasilnya akan melebihi dari biaya yang akan di keluarkan.

Semoga.

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun